Harga gas industri turun, pebisnis keramik yakin bisa pukul balik keramik impor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) percaya diri industri keramik akan kembali bergairah karena harga gas industri turun menjadi US$ 6 per MMBTU. Mereka optimistis bisa memukul balik impor keramik yang membanjiri Indonesia.

Sebagai informasi, beleid penurunan harga gas industri tertuang dalam Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 8 Tahun 2020 tentang Cara Penetapan Pengguna dan Harga Gas Bumi Tertentu di Bidang Industri.

Baca Juga: Penurunan harga gas industri dinilai bisa surutkan pemanfaatan gas bumi


Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) Edy Suyanto menjelaskan, penurunan harga gas industri tentu akan meningkatkan daya saing industri. Komponen biaya gas ke industri keramik berkisar 30% dari total biaya produksi. 

Edy mengungkapkan, wabah Corona telah menyebabkan utilisasi pabrik keramik nasional turun drastis hanya 45% dari sebelumya 65%.  "Nah, turunnya harga gas industri berdampak pada normalisasi kembali ke level utilisasi produksi nasional," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (15/4). 

Sembari berharap wabah Covid-19 mulai reda sehingga kegiatan usaha di Indonesia lambat-laun normal, Edy mengungkapkan Juli mendatang utilisasi pabrik keramik nasional bisa saja berangsur naik. 

Adapun untuk beberapa tahun mendatang, Edy berharap normalisasi utilisasi kapasitas nasional diharapkan dapat kembali ke level 93%-95% seperti 2012-2013. 

Memanfaatkan momentum ini, Edy mengungkapkan kas yang bisa disimpan produsen keramik bisa digunakan untuk peremajaan mesin dan meningkatkan teknologi sehingga pabrik bisa lebih efisien dan produktif.  

Baca Juga: Sektor Kelistrikan di Tengah Covid-19

Di sisi lain, industri keramik juga bakal lebih agresif mengisi pasar domestik yang selama ini  digerogoti produk impor dari China, India, dan Vietnam. Edy percaya industri keramik dalam negeri bisa bangkit untuk menghambat laju impor keramik.

Dia yakin setelah Corona terlewati, daya beli masyarakat bakal kembali meningkat khususnya di tahun depan. 

Tak lupa dengan pasar ekspor, Asaki percaya diri bisa mengisi pasar Australia terlebih ada kerjasama ekonomi IA-CEPA. Asal tahu, selama ini Indonesia kalah saing dengan Australia dan Malaysia karena harga gas yang tidak kompetitif. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hasbi Maulana