JAKARTA. PT Tigaraksa Satria Tbk memprediksi kinerja bisnis gas melalui PT Blue Gas Indonesia tahun 2016 tak akan seagresif tahun 2015. Alasan perusahaan itu, harga jual gas ke konsumen sudah turun, mengikuti penurunan harga gas di pasar global. Pasalnya, PT Pertamina (Persero), pemasok utama gas Tigaraksa Satria juga sudah menurunkan harga jual
liquid petroleum gas (LPG) bermerek Blue Gas, dari Rp 110.000 per tabung menjadi Rp 99.000 per tabung. Hitungan Tigaraksa Satria, harga pokok gas saat ini masih cukup rendah. "Dengan begitu, laba Blue Gas tak akan sebesar tahun lalu," ujar Liannie Widjaja, Presiden Direktur PT Tigaraksa Satria Tbk kepada KONTAN, Kamis (14/4).
Kondisi berbeda terjadi tahun lalu. Menurut catatan keuangan Tigaraksa Satria, bisnis Blue Gas mendatangkan laba bersih Rp 34,43 miliar pada tahun 2015. Perolehan laba itu tumbuh hampir tiga kali lipat ketimbang tahun 2014, yakni senilai sekitar Rp 12,23 miliar. Pemicu peningkatan laba atawa
bottom line ini bukan karena penjualan gas tahun lalu naik. Sebagai catatan, penjualan LPG Blue Gas tahun 2015 justru menyusut 1,17% menjadi Rp 410,88 miliar. Nilai penjualan LPG pada tahun 2014 yakni Rp 415,75 miliar. Namun, pendorong laba bersih terkerek adalah harga pembelian LPG dari pemasok yang turun seiring tren penurunan harga gas dunia. Itu membikin beban pokok produksi alias cost of goods manufactured (COGM) Tigaraksa Satria ikut mengecil. Sebagai informasi saja, lingkup bisnis Blue Gas sejatinya tak cuma berdagang LPG. Perusahaan itu juga bergerak dalam bisnis alat-alat dapur dari logam serta jasa perawatan dan pengisian gas. "Tapi 2015, berkontribusi penjualan gas yang paling besar," terang Budy Purnawanto, Direktur Tigaraksa Satria Tbk. Hingga kini Tigaraksa Satria mengempit kepemilikan 75% saham Blue Gas. Perusahaan yang tercatat dengan kode emiten TGKA di Bursa Efek Indonesia tersebut belum berminat memperbesar porsi kepemilikan sahamnya. Meski tak memungkiri bisnis Blue GasĀ masih menjanjikan, target bisnis anak emas Tigaraksa Satria belum berubah. Mereka memprediksi, bisnis distribusi seputar barang konsumsi masih akan menjadi kontributor utama sepanjang tahun ini.
Apalagi, tahun ini Tigaraksa Satria juga berencana menambah prinsipal anyar. "Kami belum bisa berikan identitasnya tapi prinsipal itu bergerak di consumer non food," ujar Liannie. Menurut laporan keuangan 2015, bisnis distribusi susu, makanan ringan dan kebutuhan rumah tangga mencatatkan pendapatan Rp 8,96 triliun. Catatan pendapatan itu setara dengan kontribusi 94,02% terhadap total pendapatan. Lalu sisanya pendapatan dari bisnis LPG, kompor dan blender serta buku pendidikan. Secara keseluruhan, manajemen Tigaraksa Satria menyatakan optimistis bisa mencatatkan pertumbuhan pendapatan pada tahun ini. Tanpa menyebutkan besar target, acuan mereka adalah menyesuaikan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini