Harga gas mahal produsen keramik jadi importir



JAKARTA. Gas menjadi komponen utama dan beban besar bagi biaya produksi keramik. Menurut Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga, untuk menghasilkan produk keramik tipe menengah (middle quality) persentase biaya gas untuk produksi bisa 30%-40%. Sementara untuk produk high quality 22%-30%.

Untuk harga gas, industri dihadapkan dengan kondisi harga yang tidak kompetitif. "Harga gas berbeda beda tiap lokasi dan nilainya tidak kompetitif dibandingkan negara-negara seperti China dan Thailand," ujar Elisa kepada KONTAN (3/7).

Untuk harga gas industri di kawasan Medan dan Sumatera bagian tengah mencapai US$ 10 per mmbtu. Sedangkan di area Jawa Barat sampai Palembang berkisar US$ 9,1 per mmbtu. Harga yang sedikit lebih murah ada di kawasan Jawa bagian timur, US$ 8,06 per mmbtu.


Industri keramik juga harus bersaing dengan produk keramik impor. Kondisi pasar yang kelebihan supply, seperti China turut membanjiri produk keramik di Indonesia. Elisa mengatakan, sampai dengan 2016 ada 50 juta meter persegi keramik impor masuk di Indonesia dan tiap tahun terus meningkat hampir 20%.

"Akibatnya mulai banyak pelaku industri yang beralih menjadi importir saat ini," terang Elisa. Hal ini ditengarai lantaran pelaku usaha tersebut sudah memiliki brand yang cukup terkenal di Indonesia dan jalur pasar yang telah eksis lebih dahulu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini