Harga gas turun Mark Dynamics (MARK) bisa hemat bahan bakar gas hingga 4%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah resmi menurunkan harga gas industri menjadi US$ 6 per million british thermal units (mmbtu). Keputusan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 08 Tahun 2020. Salah satu emiten yang ketiban pulung dengan adanya beleid ini adalah PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK).

Emiten penghasil cetakan sarung tangan ini menyambut baik adanya penurunan harga gas industri. “Tentunya kebijakan ini membantu menurunkan biaya produksi kami,” ujar Presiden Direktur Mark Dynamics Indonesia Ridwan Goh kepada Kontan.co.id, Jumat (17/4).

Namun, perlu digarisbawahi bahwa kebutuhan bahan bakar gas MARK disuplai oleh dua pemasok, yakni PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan PT Pertagas. Ridwan bilang, penurunan harga gas hanya berlaku untuk kontrak MARK dengan PGAS. Sementara untuk kontrak dengan Pertagas, MARK belum mendapatkan penurunan ini.


Baca Juga: Lockdown Malaysia mulai pengaruhi produksi Mark Dynamics Indonesia (MARK)

“Untuk harga kontrak dengan Pertagas kami belum menikmati penurunan harga gas. Kami masih membayar US$ 10,6 per mmbtu untuk kontrak dengan Pertagas,” sambung Ridwan.

Ridwan mengatakan, komposisi biaya bahan bakar gas terhadap biaya produksi mencapai 10%-15%. Sehingga, dengan turunnya harga gas industri dari US$ 10 menjadi US$ 6 per mmbtu atau turun 40%, maka Ridwan memproyeksikan MARK mampu menghemat biaya gas hingga 4%.

Baca Juga: Dolar AS menguat, pendapatan Mark Dynamics Indonesia (MARK) berpotensi menanjak

Melansir laporan keuangan per kuartal III-2019, MARK menanggung beban listrik dan gas senilai Rp 20,41 miliar. Sementara itu, jumlah total biaya produksi MARK mencapai Rp 152,22 miliar.

Meski mendapat untung dari penurunan harga gas industri, MARK harus menghadapi sentimen penyebaran virus corona (Covid-19) yang berdampak kepada bisnis MARK.

Ridwan mengatakan, MARK menargetkan mampu memproduksi 700.000 potong cetakan per bulan untuk tahun ini. Namun, manajemen MARK akhirnya memutuskan untuk meniadakan kebijakan lembur untuk mendukung program physical distancing. “Sehingga, kapasitas produksi berkurang menjadi 630.000 potong per bulan di masa Covid-19 sampai menunggu pandemik ini berakhir,” tutup Ridwan.

Pada sembilan bulan pertama tahun 2019, MARK mengantongi pendapatan bersih senilai Rp 267,21 miliar atau naik 11,13% secara tahunan. MARK membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 65,49 miliar, naik 11,3% secara year-on-year.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati