Harga gas untuk pembangkit setrum masih mahal



Jakarta. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengganggap harga gas alam cair atawa liquified natural gas (LNG) di pasar saat ini sudah sangat murah. Namun PLN merasa harga LNG menjadi mahal saat di bawa sampai ke daerah. Karena itu, PLN masih berharap pemerintah bisa mengalokasikan harga gas yang murah untuk pembangkit listrik.

Menurut Direktur Pengadaan PLN, Supangkat Iwan Santoso, sejumlah harga LNG saat ini memang sudah cukup murah. Misalnya LNG dari kilang LNG Tangguh yang dialirkan melalui terminal Arun hanya seharga US$ 5 per mmbtu. Namun harga gas tersebut menjadi mahal ketika dibawa ke Medan karena adanya biaya transportasi yang cukup mahal.

"Dari Tangguh ke Arun harganya US$ 5 per mmbtu, yang mahal justru transportasi ke Medan. Kami dari waktu ke waktu melakukan koordinasi agar biaya transmisi bisa turun. Apalagi LNG relatif lebih murah harganya ketimbang harga gas pipa," jelas Iwan di Gedung DPR, Selasa (21/6).


Sebagai gambaran, harga gas di Medan saat ini bisa mencapai US$ 12-US$ 14 per mmbtu. Alhasil beberapa konsumen akhir meminta harga gas di Medan segera turun. Penyalur gas dari Arun ke Medan adalah PT Pertamina Gas (Pertagas).

Iwan mengklaim saat ini harga gas impor lebih murah ketimbang gas dari pasar domestik. Adapun harga gas impor berkisar US$ 3-US$ 5 per mmbtu. Karena itu PLN terus berupaya mencari gas murah di luar negeri.

"Tapi pemerintah belum membuka impor gas," ujar dia. Adapun kebutuhan gas PLN untuk tahun ini sebesar 576 billion cubic feet (BCF).  

Menurut Menteri ESDM Sudirman impor gas dibuka pada tahun 2020 agar harga gas semakin kompetitif. "Karena kami mempunyai pikiran bahwa harga impor gas lebih murah dibandingkan domestik," kata dia.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto