JAKARTA. Harga gula diproyeksikan masih tertekan setidaknya selama semester I tahun ini. Hal tersebut disebabkan karena masih banyaknya stok gula di gudang pabrik gula (PG) maupun pedagang. Mengutip data Dewan Gula Indonesia menunjukkan, stok gula nasional pada 31 Desember 2013 mencapai 1,24 juta ton atau 34% lebih tinggi dibanding penghujung 2012 yang mencapai 914.000 ton. Adig Suwandi Sekretaris Perusahaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI mengatakan, produksi gula sampai dimulainya giling sebagian besar PG di Jawa atau Mei 2014, baik dari tanaman tebu maupun hasil pengolahan gula kristal mentah (raw sugar) dalam rangka optimalisasi kapasitas PG sebanyak 180.000 ton. Catatan saja, pada bulan Februari mendatang, dua PG di Sumatera Utara (Sumut) akan melaksanakan proses giling. Sedangkan pada bulam April terdapat enam PG di Lampung dan satu PG di Sumatera Selatan yang menyusul melakukan penggilingan. Stok gula masih dapat bertambah bila terdapat rembesan gula rafinasi dipasaran. "Jumlah tersebut potensial bertambah kalau temuan tersebut hanya sebatas yang terlacak," kata Adig dalam siaran persnya, Jumat (24/1). Dengan perhitungan stok yang ada tersebut, maka menurut Adig tidak perlu tambahan impor langsung maupun gula rafinasi yang diperlakukan sebagai gula konsumsi. Kebijakan tidak mengimpor gula menjadi kata kunci bagi petani mengingat harga lelang yang terus berjatuhan. Berdasarkan perhitungan Adig, saat ini harga lelang gula hanya berada pada kisaran Rp 8.550 per kilogram (kg)-Rp 8.650 per kg. Posisi Indonesia sebagai produsen sekaligus pengimpor gula, khususnya raw sugar untuk bahan baku industri gula rafinasi, membuat fluktuasi harga di pasar global berdampak signifikan terhadap terbentuknya harga lokal. Harga gula untuk pengapalan Maret 2013 sebagaimana tercatat di Bursa Berjangka London hanya pada kisaran US$ 405 per ton-US$ 430 per ton FOB (harga di negara asal, belum termasuk biaya pengapalan dan premium). Artinya, kalau tidak ada pengendalian impor, harga gula lokal bakal terus merosot hingga akhir tahun. Pemicu turunnya harga gula dunia sendiri adalah stok awal 2014 yang mencapai 43 juta ton, meningkat 20% dibanding tahun lalu yang mencapai 28,9 juta ton. Namun sejalan dengan laju pertumbuhan produksi dibanding konsumsi global yang lebih rendah, diprediksi harga pada semester II/2014 akan membaik. Produksi gula pada tahun 2014 diestimasikan mencapai 174,8 juta ton, menurun 0,6% dibanding tahun lalu yang mencapai 176,0 juta ton. Di sisi lain konsumsi meningkat 2,34% menjadi 168,5 juta sehingga secara agregat akan mengurangi stok. Untuk melindungi petani dan PG lokal, pemerintah diharapkan tidak membuat kebijakan peningkatan stok melalui impor. Selain juga pencegahan rembesan gula rafinasi secara serius, perlakuan sama dalam impor raw sugar dengan pengertian tetap dikenakan bea masuk sebesar Rp 550 per kg, dan adanya penerapan harga patokan petani minimal 10 persen di atas biaya pokok produksi secara rasional.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga gula diproyeksikan masih akan tertekan
JAKARTA. Harga gula diproyeksikan masih tertekan setidaknya selama semester I tahun ini. Hal tersebut disebabkan karena masih banyaknya stok gula di gudang pabrik gula (PG) maupun pedagang. Mengutip data Dewan Gula Indonesia menunjukkan, stok gula nasional pada 31 Desember 2013 mencapai 1,24 juta ton atau 34% lebih tinggi dibanding penghujung 2012 yang mencapai 914.000 ton. Adig Suwandi Sekretaris Perusahaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI mengatakan, produksi gula sampai dimulainya giling sebagian besar PG di Jawa atau Mei 2014, baik dari tanaman tebu maupun hasil pengolahan gula kristal mentah (raw sugar) dalam rangka optimalisasi kapasitas PG sebanyak 180.000 ton. Catatan saja, pada bulan Februari mendatang, dua PG di Sumatera Utara (Sumut) akan melaksanakan proses giling. Sedangkan pada bulam April terdapat enam PG di Lampung dan satu PG di Sumatera Selatan yang menyusul melakukan penggilingan. Stok gula masih dapat bertambah bila terdapat rembesan gula rafinasi dipasaran. "Jumlah tersebut potensial bertambah kalau temuan tersebut hanya sebatas yang terlacak," kata Adig dalam siaran persnya, Jumat (24/1). Dengan perhitungan stok yang ada tersebut, maka menurut Adig tidak perlu tambahan impor langsung maupun gula rafinasi yang diperlakukan sebagai gula konsumsi. Kebijakan tidak mengimpor gula menjadi kata kunci bagi petani mengingat harga lelang yang terus berjatuhan. Berdasarkan perhitungan Adig, saat ini harga lelang gula hanya berada pada kisaran Rp 8.550 per kilogram (kg)-Rp 8.650 per kg. Posisi Indonesia sebagai produsen sekaligus pengimpor gula, khususnya raw sugar untuk bahan baku industri gula rafinasi, membuat fluktuasi harga di pasar global berdampak signifikan terhadap terbentuknya harga lokal. Harga gula untuk pengapalan Maret 2013 sebagaimana tercatat di Bursa Berjangka London hanya pada kisaran US$ 405 per ton-US$ 430 per ton FOB (harga di negara asal, belum termasuk biaya pengapalan dan premium). Artinya, kalau tidak ada pengendalian impor, harga gula lokal bakal terus merosot hingga akhir tahun. Pemicu turunnya harga gula dunia sendiri adalah stok awal 2014 yang mencapai 43 juta ton, meningkat 20% dibanding tahun lalu yang mencapai 28,9 juta ton. Namun sejalan dengan laju pertumbuhan produksi dibanding konsumsi global yang lebih rendah, diprediksi harga pada semester II/2014 akan membaik. Produksi gula pada tahun 2014 diestimasikan mencapai 174,8 juta ton, menurun 0,6% dibanding tahun lalu yang mencapai 176,0 juta ton. Di sisi lain konsumsi meningkat 2,34% menjadi 168,5 juta sehingga secara agregat akan mengurangi stok. Untuk melindungi petani dan PG lokal, pemerintah diharapkan tidak membuat kebijakan peningkatan stok melalui impor. Selain juga pencegahan rembesan gula rafinasi secara serius, perlakuan sama dalam impor raw sugar dengan pengertian tetap dikenakan bea masuk sebesar Rp 550 per kg, dan adanya penerapan harga patokan petani minimal 10 persen di atas biaya pokok produksi secara rasional.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News