JAKARTA. Harga jagung pipilan lokal menunjukkan penurunan harga saat harga jagung dunia relatif tinggi. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) melaporkan, penurunan harga jagung domestik karena panen berlimpah di sentra jagung nasional. Menurut BAPPEBTI, harga jagung di tingkat petani di Provinsi Gorontalo pekan lalu sudah turun di bawah harga Rp 3.000 perkilogram (KG). Akhir pekan lalu, harga sudah turun menjadi Rp 2.700 per kg. Harga diprediksi akan lebih rendah lagi hingga di bawah Rp 2.000 per kg. Penurunan terjadi karena puncak masa panen jagung akan terjadi bulan April dan Mei 2011. Selain Gorontalo, panen jagung terjadi di Dompu, di Nusa Tenggara Barat (NTB). Wakil Menteri Pertanian Bayu Krishnamurti menyebutkan, panen di Dompu tercatat lebih baik dari musim panen yang telah lalu. Ia menceritakan, produksi jagung Dompu bisa mencapai 3.000 ton yang berasal dari 15.000 hektar (HA) lahan jagung.
"Selain itu, petani juga sudah menggunakan bibit jagung hibrida, yang memiliki produktivitas yang lebih baik," kata Bayu pekan lalu. Panen jagung di Dompu dan juga di Gorontalo membuat angka produksi nasional terkoreksi naik. Sayang, Bayu tidak secara rinci menjelaskan angka produksi nasional itu. Akan tetapi, ia optimis produksi tahun 2011 lebih baik jika dibanding tahun 2010. "Kalau kami lihat hasil panen kemarin (di Dompu) cukup bagus, kami akan mengusahakan target produksi jagung bisa tercapai," jelas Bayu. Melirik soal penurunan harga jagung lokal, sekretaris Dewan Jagung Nasional Maxdeyul Sola bilang hal itu sebagai kewajaran. Ia bilang, harga jual jagung terkoreksi turun saat panen tiba. Penurunan harga terpantau pada lelang jagung terakhir yang diselenggarakan ipasar. Bursa komoditi online lokal itu melaporkan harga lelang Maret (18/3) tercatat turun menjadi Rp 3.000 per kg dari Rp 3.200 per kg, harga pekan sebelumnya (11/3). "Panen melimpah itu yang mempengaruhi harga jagung lokal turun," jelas Sola. Catatan saja, tahun ini Badan Pusat Statistik (BPS) menetapkan angka ramalan I (Aram I) produksi jagung tahun 2011 hanya mencapai 17,93 juta ton. Jumlah itu turun 438.960 ton, atau turun 2,39% ketimbang realisasi produksi sementara 2010 sebesar 18,36 juta ton. Harga jagung pasar dunia tinggi Saat harga jagung lokal turun, harga jagung international malah stabil di harga tinggi.
Bloomberg mengutip, harga jagung akhir pekan lalu (25/3) di Bursa Chicago Board of Trade (CBOT) telah naik 29,5% atau naik dari (18/3) US$ 5,42 per bushel (1 bushel = 25,4 kg) menjadi US$ 7,02 per bushel (25/3). Harga jagung dunia itu terjadi karena faktor kekhawatiran pasar akan penurunan pasokan jagung. Pemicu kekhawatiran itu adalah, keterlambatan musim tanam akibat musim dingin yang berkepanjangan yang menimpa wilayah tersebut. Amerika bagian utara merupakan tulang punggung produksi jagung dunia. Musim dingin berkelanjutan akan berdampak pada masa panen yang mundur. "Saya memperkirakan terjadi penundaan musim tanam jagung karena cuaca yang tidak mendukung," kata Jim Gerlach, Presiden A/C Trading Inc kepada
Bloomberg.
Tak hanya soal produksi, harga jagung dunia terpengaruh faktor permintaan jagung yang terus naik. Dewan Biji-bijian Internasional memprediksi harga biji-bijian termasuk jagung berpotensi naik, sampai dengan dengan musim panen yang akan datang. Potensi kenaikan harga versi Dewan Biji-bijian International itu karena faktor pertumbuhan permintaan yang tidak seimbang dengan peningkatan produksi. Kenaikan permintaan jagung dunia diamini oleh Sola. Ia bilang, tren kenaikan harga jagung dunia akan terus terjadi karena terjadi peningkatan permintaan jagung untuk produk non pangan. Permintaan jagung diprediksi akan meningkat untuk kebutuhan energi seperti etanol. "Harga minyak dunia yang terus melonjak mengakibatkan konversi bahan baku energi ke etanol," ujar Sola. Kenaikan permintaan harga jagung untuk kebutuhan non pangan terjadi akibat imbas dari tingginya harga minyak mentah dunia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini