Harga jagung stabil, beli saham JPFA



KONTAN.CO.ID - Penutupan keran impor jagung oleh pemerintah ternyata berdampak negatif pada kinerja PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA). Buktinya, dalam enam bulan pertama tahun ini, laba bersih perusahaan pakan ternak tersebut anjlok hingga 49,4% menjadi Rp 487 miliar.

Menurut Analis NH Korindo Sekuritas Joni Wintarja, penurunan laba bersih JPFA terjadi gara-gara harga pokok penjualan (HPP) atawa cost of goods sold menanjak 11%. Kenaikan HPP ini buah tingginya harga jagung lokal.

Harga jagung lokal di kuartal II 2017 lalu melesat 24%, dari Rp 3.271 per kilogram (kg) menjadi Rp 4.061 per kg. Sebaliknya, harga jagung impor malah turun 0,1% menuju level Rp 2.024 per kg.


Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin menambahkan, kontribusi penjualan terbesar JPFA berasal dari pakan ternak yang mencapai 45%. Disusul segmen peternakan dan produk konsumen sebesar 31% dan day old chick (DOC) atau ayam umur sehari 11%.

Selain tertekan akibat harga jagung, penjualan selama Ramadan lalu yang tak sesuai proyeksi turut menyeret kinerja JPFA. Manajemen JPFA bilang, sepanjang bulan puasa lalu, permintaan unggas tidak sebesar bulan puasa di tahun-tahun sebelumnya.

Namun, Analis BCA Sekuritas Johanes Prasetia optimistis, bakal terjadi kenaikan permintaan unggas di kuartal IV nanti. Dengan begitu, bisa menutup permintaan saat Ramadan lalu yang sedikit mengempis. "Kami mengharapkan, permintaan yang lebih tinggi didukung oleh daya beli yang lebih kuat di 2018 mendatang," imbuh Johanes.

Serupa, Joni pun melihat penjualan unggas bakal kembali menanjak di akhir tahun nanti. "Seharusnya, tidak terjadi kelebihan pasokan (oversupply) lagi karena ada kerjasama produsen broiler dan pemerintah," ujarnya. 

Karena itu, Joni tetap memprediksikan, pendapatan JPFA di akhir tahun mencapai Rp 30,02 triliun atau melesat 10,9% dari pencapaian tahun lalu sebesar Rp 27,06 triliun. Tapi, dengan harga jagung lokal yang masih tinggi, laba bersih perusahaan yang berdiri 1971 ini berpotensi tergerus 36,7% menjadi Rp 1,32 triliun. Padahal tahun lalu, laba bersih JPFA Rp 2,06 triliun.

Prospek utang

Sepanjang tahun ini, JPFA pun rajin menerbitkan surat utang. Terbaru, pertengahan Juni lalu, mereka mengeluarkan obligasi global hingga US$ 100 juta. Surat utang ini merupakan lanjutan dari global bond yang sebelumnya dirilis pada akhir Maret 2017 senilai US$ 150 juta.

"Hingga semester I 2017, net DER JPFA naik dari 0,4 kali menjadi 0,5 kali. Tapi, ini masih wajar," ungkap Mimi. Karena itu, Mimi merekomendasikan trading buy saham JPFA dan pasang target harga Rp 1.400 per saham.

Sementara Johanes menyarankan buy dengan target Rp 1,590 per saham. Senada, Joni pun merekomendasikan buy dengan prediksi acuan harga sampai akhir tahun di level Rp 1.710 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati