Harga jual batubara naik, Adaro Energy (ADRO) dinilai paling diuntungkan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara yang terus naik akan menguntungkan PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Analis Maybank Kim Eng Sekuritas Isnaputra Iskandar dalam riset 21 Februari 2021 pun mempertahankan rekomendasi beli saham ADRO dengan target Rp 1.800 per saham. 

ADRO cukup diuntungkan karena penjualan mereka 78% untuk diekspor. ADRO juga diuntungkan karena bisnis listrik sehingga menurunkan volatilitas pendapatan selama dua - tiga tahun ke depan. "Saham ADRO layak mendapatkan penilaian yang lebih tinggi mengingat harga batubara yang kuat," jelas Isnaputra dalam riset. 

Volatilitas harga batubara dan ketidakpastian dalam perpanjangan kontrak menjadi salah satu risiko utama ADRO. Perubahan kondisi atas harga batubara dan kontrak akan mempengaruhi rekomendasi saham yang dibuat oleh Maybank Kim Eng. 


Baca Juga: Jalankan Hilirisasi Batubara, Bebas Royalti Menanti Produsen Batubara

Volume produksi dan penjualan batubara ADRO pada tahun 2020 masing-masing sebesar 54,1 juta ton (turun 8,5% secara YoY) dan 54,5 juta ton (turun 6% YoY). Realisasi volume produksi dan penjualan batubara ADRO sejalan dengan asumsi Maybank Kim Eng yang memperkirakan di 54,3 juta ton. 

Sedangkan kontrak produksi dan volume overburden Adaro berada di bawah perkiraan Maybank. Pada tahun lalu, kontrak produksi ADRO mencapai 41,5 juta ton, turun 15,7% YoY dengan volume overburden (OB) turun 29,3% secara yoy menjadi 163,3 juta bcm. "Namun, kami pikir ini bisa diimbangi nisbah kupas ADRO sebesar 3,8bcm/ton (-18,1% YoY), lebih rendah dari perkiraan kami sebesar 4,3bcm/ton," jelas Isnaputra.

Pada tahun ini, ADRO memperkirakan bisa mengantongi EBITDA sebesar US$ 750 juta-US$ 900 juta. Bagi Isnaputra, target tersebut terlalu konservatif dari perkiraan ADRO sebesar US$ 1,1 miliar. "Ini mencerminkan manajemen bersikap hati-hati terhadap harga batubara dan bukan prospek pendapatan," pendapat dia. 

Pada tahun ini, Maybank Kim Eng memperirakan, volume produksi batubara akan di 52 juta-54 juta ton. Angka ini lebih rendah dari tahun 2020 dimana volume aktual 54,1 juta ton ketika harga batu bara rata-rata US$ 60 per ton, lebih rendah dari level saat ini di US$ 85 per ton. 

Isnaputra memaparkan, hitungan EBITDA ADRO 2021 di US$ 1,1 miliar jika harga batubara rata-rata sebesar US$ 80 per ton, volume produksi 54 juta ton, nisbah kupas 4,8bcm per ton dan harga minyak Brent sebesar US$ 60 per barel. 

Baca Juga: Begini tanggapan ADRO soal PP Cipta Kerja beri royalti 0% untuk hilirisasi batubara

Hitungan ini juga menghitung, konstruksi proyek listrik 2.000 MW milik ADRO yang kini sudah mencapai 94,7%. "Kami optimistis dapat berkontribusi penuh terhadap pendapatan di 2023 dan seterusnya. Kami memperkirakan kontribusi pendapatan bisnis tersebut menjadi 11%, naik dari 2% pada 2019," jelas Isnaputra. Pada tahun 2020, EBITDA ADRO diperkirakan mencapai US$ 798 miliar.  

Pada tahun ini, Maybank Kim Eng memperkirakan pendapatan ADRO mencapai US$ 3,11 miliar dengan laba bersih US$ 410 juta. Sedangkan pada tahun 2020, pendapatan ADRO diperkirakan mencapai US$ 2,68 miliar dengan laba bersih US$ 241 juta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana