Harga Jual Emiten Batubara Kompak Naik di Semester Pertama 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas emiten pertambangan batubara melaporkan kenaikan pendapatan dan laba bersih di semester pertama 2022. Meskipun volume produksi dan penjualan batubara turun, kenaikan harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) mampu menopang kinerja emiten batubara.

Misalkan, PT Bumi Resources Tbk (BUMI)  membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk senilai US$ 167,67 juta. Jumlah ini melejit 8.771% dari realisasi laba bersih di periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 1,89 juta.

Naiknya laba bersih sejalan dengan naiknya pendapatan. Pada enam bulan pertama 2022, BUMI membukukan pendapatan senilai US$ 968,68 juta. Jumlah ini naik 129,62% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 421,86 juta.

Baca Juga: Tarif Royalti Tambang Naik, Simak Saham-Saham Komoditas Jagoan

Meski demikian, volume produksi dan penjualan BUMI mengalami penurunan. Volume produksi  pada semester pertama 2022 sebesar 34,5  juta ton, turun 14% dari sebelumnya 40.1 juta ton. Sejalan, volume  penjualan BUMI juga turun 16% menjadi 33,8 juta ton dari sebelumnya 40,2 juta ton.

Kendati volume penjualan menurun 16%, harga jual rata-rata yang 92% lebih tinggi bisa menutupi penurunan ini. BUMI mencatatkan harga batubara sebesar US$ 108 per ton di semester pertama 2022 berbanding dengan U$ 56,2 per ton di periode yang sama tahun lalu.

Hal yang sama juga dialami oleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Harga batubara global yang terus menguat tajam pada paruh pertama tahun ini menyebabkan rata-rata harga jual batubara yang diperoleh ITMG naik 134% menjadi US$ 175 per ton. Pada periode yang sama tahun lalu, ASP milik ITMG hanya US$ 75 per ton.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham dan Target Harga Adaro Energy (ADRO)

Kenaikan ASP ini terjadi di tengah menurunnya volume produksi dan penjualan. ITMG melaporkan angka produksi batubara sebanyak 7,7 juta ton di tengah cuaca buruk dan curah hujan yang tinggi. Realisasi ini menurun 11,5% secara year-on-year (yoy), dimana pada periode yang sama tahun lalu, volume produksi ITMG mencapai 8,7 juta ton.

Sementara itu, volume penjualan yang tercapai di periode ini sebanyak 8,1 juta ton. Volume ini menurun 10% dari realisasi penjualan di semester pertama 2021 sebesar 9 juta ton. Alhasil, pendapatan ITMG melesat 110,20% menjadi US$ 1,42 miliar.

ITMG membukukan laba bersih senilai US$ 460,82 juta, melesat 291,7% dari realisasi laba bersih semester pertama tahun lalu US$ 117,62 juta.

Baca Juga: Harga Batubara Tinggi, Kinerja DSSA Ikut Melesat

Meski demikian, ada pula emiten yang mencatatkan kenaikan volume produksi dan penjualan dibarengi dengan kenaikan ASP. Misalkan, PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Farida Thamrin mengatakan, harga jual rata-rata batubara PTBA mengalami kenaikan 58% dari tahun lalu, dimana realisasi ASP di semester pertama tahun 2022 berada di level Rp 1,2 juta.

“Peningkatan mayoritas ASP terjadi di kuartal kedua 2022. Di kuartal pertama 2022, realisasi ASP Rp 1,1 juta, dan naik menjadi Rp 1,3 juta di kuartal kedua 2022, sehingga average price Rp 1,2 juta di semester pertama 2022,” terang Farida, pekan lalu.

Penjualan batubara PTBA per semester pertama 2022 sebanyak 14,6 juta ton, tumbuh 13% secara tahunan. Dari sisi produksi, emiten yang berbasis di Sumatra Selatan ini mencatatkan total produksi batubara selama semester pertama 2022 mencapai 15,9 juta ton. Angka ini meningkat 20% dibandingkan realisasi produksi pada semester pertama 2021 yang sebesar 13,3 juta ton.

Baca Juga: BUMI Berhasil Raih Untung Besar, Apakah Sahamnya Layak Beli?

Hal serupa juga dialami oleh  PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI). Selama periode enam bulan pertama 2022, harga jual rata-rata batubara (FOB mother vessel) milik KKGI meningkat menjadi US$ 79,81 per metrik ton (MT) dari sebelumnya US$ 38,89 per MT. Pada saat yang sama, volume penjualan KKGI tercatat 1,49 juta MT, lebih tinggi 12,30% dibandingkan 1,33 juta MT di periode sebelumnya.

Alhasil, sepanjang semester pertama 2022, KKGI membukukan pendapatan US$ 109.93 juta. Jumlah ini melesat  131.82% dari realisasi pendapatan di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 47,42 juta.

PT Harum Energy Tbk (HRUM) juga mencatatkan kenaikan ASP yang dibarengi dengan kenaikan volume penjualan batubara. ASP milik HRUM untuk periode enam bulan pertama tahun 2022 meningkat 154,3% secara tahunan alias year-on-year (yoy) menjadi US$ 177,0 per ton. Sebagai perbandingan, ASP pada periode yang sama tahun lalu hanya US$ 69,6 per ton.

Dari sisi penjualan, volume penjualan HRUM sebesar 2,1 juta ton pada semester pertama 2022. Jumlah ini 33,9% lebih tinggi dari volume penjualan yang direalisasikan pada periode yang sama tahun lalu, yakni 1,6 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati