Harga jual karet alam tertinggi sepanjang tahun



JAKARTA. Harga karet alam kembali menguat. Harga produk perkebunan itu naik hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.Seperti yang dikutip Bloomberg (20/12), harga karet di bursa komoditi Tokyo misalnya sudah tembus di ¥ 410,3 per kilogram (kg) atau sekitar US$ 4.889 per ton untuk pengiriman bulan Mei. Sejak awal tahun, harga karet sudah naik 47%.Analis menyebutkan, kenaikan harga terjadi karena turunnya suplai dari Thailand, Indonesia dan juga Malaysia. Kurangnya suplai membuat negara produsen kewalahan memenuhi permintaan dari industri ban di India dan juga China. "Permintaan melonjak sementara pasokannya turun," kata Takaki Shigemoto, analis JSC Corp di Tokyo yang dikutip Bloomberg (20/12). Prediksi kenaikan harga karet itu pernah disampaikan oleh Yamanah A.C, Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan, Kementerian Perdagangan. Kepada KONTAN, ia menyatakan bahwa permintaan karet alam dunia terus naik karena naiknya pertumbuhan industri ban di Asia termasuk juga di Indonesia. "Dampaknya adalah kenaikan harga," kata Yamanah.Menurut Yamanah, di saat permintaan naik yang terjadi adalah penurunan produksi. Cuaca menurutnya menjadi sumber masalah yang mengakibatkan proses penyadapan karet tidak maksimal. Kondisi itu kata Yamanah tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tapi juga terjadi di Thailand dan Malaysia. Di Palembang misalnya, harga karet sudah mencapai Rp 41.462 per kg atau naik 56,27% ketimbang harga awal tahun sebesar Rp 26.404 per kg. Kondisi serupa juga terjadi di Thailand, negara penghasil karet terbesar dunia itu melaporkan kenaikan harga jualnya di dalam negeri. Harga jual karet di negara Gajah Putih itu bertengger US$ 4.770 per ton.Walaupun harga tinggi, namun permintaan karet alam itu masih mengalir dari industri ban India dan China. Permintaan saat ini naik karena pedagang berusaha stok karet selama masa liburan Natal dan tahun baru. "Permintaan India selama Oktober-Desember bertambah hingga 17%, ini belum termasuk permintaan China." terang Azis Pane, Ketua Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI).Para pekebun karet memang untung dengan harga tinggi tersebut. Namun tidak demikian bagi industri ban. Bahkan mereka kewalahan mengantisipasi kenaikan harga tersebut. Aziz bilang, kenaikan harga bahan baku ban itu mengakibatkan biaya produksi naik. Untuk menyeimbangkan biaya, produsen ban tidak memiliki pilihan lain kecuali menyesuaikan harga jualnya. "Pilihannya adalah menaikan harga," jelas Aziz. Kisaran kenaikan harga ban itu tergantung dari jenis dan kualitas produknya. Namun, secara rata-rata kenaikan harga ban di tahun depan bisa mencapai 15% secara bertahap. Potensi kenaikan harga bisa lebih tinggi jika harga karet menembus US$ 4.500 per ton seperti harga kemarin di level US$ 4.889 per ton. "Kalau harga karet itu lebih tinggi lagi, maka harga akan menyesuaikan lagi," ungkap Aziz yang berharap harga karet alam bisa bergerak turun. Dalam analisis Aziz, jika harga karet alam terlalu tinggi, maka produsen ban akan beralih menggunakan karet sintetis yang terbuat dari minyak bumi. Jika peralihan itu terjadi, maka Ia memprediksi harga karet akan melorot. Ia berharap, harga karet berada di harga US$ 2400 -3.000 per ton. "Jangan terlalu tinggi, karena pengguna karet alam bisa berpindah ke karet sintetis," harap Aziz.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Wahyu T.Rahmawati