Harga jual meningkat, penjualan Sampoerna Agro (SGRO) tumbuh 19,36% di kuartal I



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) membukukan penjualan Rp 903,88 miliar sepanjang kuartal pertama 2020. Jumlah ini naik 19,36% dibandingkan penjualan tiga bulan pertama 2019 yang sebesar Rp 757,25 miliar.

Secara rinci, penjualan minyak sawit tumbuh 17% secara tahunan menjadi Rp 765,75 miliar. Kemudian, penjualan inti sawit naik 18% year on year (yoy) menjadi Rp 93,47 miliar.

Bahkan, penjualan kecambah meningkat 60% yoy ke Rp 15,64 miliar dan penjualan lainnya melesat 83% yoy menjadi Rp 29,01 miliar. Yang tergolong ke dalam produk lainnya adalah sagu, karet, tandan buah segar (TBS), produk inti sawit, RBDPO, dan listrik.


Baca Juga: Meski penjualan naik, laba bersih Sampoerna Agro (SGRO) anjlok 88,2% di kuartal I

Head of Investor Relations SGRO Michael Kesuma mengatakan, pertumbuhan penjualan ini didorong oleh kenaikan harga jual minyak sawit. Meski harga pasar minyak sawit tertekan sejak awal tahun hingga pernah berada di bawah RM 2.000 per ton pada April 2020, harga rata-rata kuartal I-2020 masih sebesar RM 2.670 per ton atau 33% lebih tinggi dari triwulan pertama 2019.

"Kondisi pasar yang bersahabat turut mendukung Sampoerna Agro untuk menjual minyak sawit dengan harga rata-rata Rp 9.109 per kg atau 37% lebih tinggi dari kuartal pertama 2019," tutur dia kepada Kontan.co.id, Rabu (6/5).

Tak mau kalah, harga jual inti sawit juga meningkat 17% secara tahunan, dari Rp 4.304 per kg pada triwulan pertama 2019 menjadi Rp 5.056 per kg pada kuartal I-2020. Kemudian, harga kecambah naik 3% yoy, dari Rp 7.721 per biji menjadi Rp 7.928 per biji.

Sementara itu, dari segi volume produksi, terjadi kenaikan 8% yoy pada TBS inti menjadi 238.276 ton, sedangkan TBS eksternal turun 3% menjadi 129.905 ton. Lalu, produksi minyak sawit naik 6% yoy menjadi 81.791 ton, inti sawit turun 1% yoy menjadi 18.018 ton, dan kecambah meningkat 7% yoy menjadi 21.204 ton.

Baca Juga: Sepanjang 2019, Sampoerna Agro (SGRO) mampu raih pertumbuhan volume penjualan CPO 12%

Meski mencatatkan pertumbuhan penjualan, kinerja bottom line SGRO pada kuartal I-2020 turun dalam. Laba bersih SGRO anjlok 88,2% yoy dari Rp 3,58 miliar menjadi Rp 423 juta.

Michael menjelaskan, penurunan laba bersih ini disebabkan oleh penyesuaian kebijakan pemerintah yang menurunkan pajak korporasi menjadi sebesar 22% pada tahun ini. Menurut dia, dalam proses penyesuaian tersebut, sebagian aset pajak tangguhan dibebankan ke laba rugi dan menyebabkan penurunan laba.

"Jika dampak penyesuaian tarif pajak tersebut tidak diperhitungkan pada laba rugi, maka laba bersih Sampoerna Agro akan menjadi sebesar Rp 22,27 miliar atau 521% lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019," ucap dia.

Baca Juga: Sampoerna Agro (SGRO) optimistis dapat meningkatkan panen kebun inti pada tahun ini

Penyebab selanjutnya adalah adanya lonjakan beban lainnya hampir 172 kali lipat dari Rp 724 juta pada kuartal I-2019 menjadi Rp 124,39 miliar pada kuartal I-2020. Menurut Michael, lonjakan ini disebabkan oleh kerugian kurs yang tidak direalisasikan sekitar Rp 80 miliar seiring dengan melemahnya nilai kurs rupiah sebesar 15% dalam periode tiga bulan tersebut.

Laba Sampoerna Agro juga tergerus karena adanya penurunan nilai wajar aset biologis, dari Rp 6,95 miliar menjadi minus Rp 57,59 miliar. Hal ini seiring dengan penurunan harga komoditas sawit sebesar 20% sepanjang Januari-Maret 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati