KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Semester pertama 2022 menjadi periode yang menggembirakan untuk emiten tambang batubara. Sebab, mayoritas emiten batubara membukukan kenaikan pendapatan dan juga laba bersih sebesar ratusan hingga ribuan persen di periode ini. Salah satu pendorong naiknya laba bersih emiten batubara adalah kenaikan harga jual rata-rata alias
average selling price. Salah satunya terjadi pada PT Harum Energy Tbk (
HRUM) Emiten milik taipan Kiki Barki ini merealisasikan kenaikan ASP selama periode enam bulan pertama 2022 sebesar 154,3% secara tahunan alias
year-on-year (yoy) menjadi US$ 177,0 per ton. Sebagai perbandingan, ASP Harum Energy pada periode yang sama tahun lalu hanya US$ 69,6 per ton.
Di kuartal kedua sendiri, ASP milik HRUM naik sebesar 8,9% secara kuartalan menjadi US$ 183,3 per ton dari sebelumnya US$ 168,4 per ton pada kuartal pertama 2022.
Baca Juga: Pendapatan RMK Energy (RMKE) Melonjak Jadi Rp 1,07 Triliun di Semester I-2022 Secara bersamaan, HRUM juga mencatatkan kenaikan kinerja operasional. HRUM membukukan penjualan sebesar 2,1 juta ton batubara pada semester pertama 2022. Jumlah ini 33,9% lebih tinggi dari volume penjualan yang direalisasikan pada periode yang sama tahun lalu, yakni 1,6 juta ton Dengan kombinasi antara volume penjualan batubara dan ASP yang lebih tinggi, membawa pendapatan HRUM naik 226,2% pada semester pertama 2022 menjadi US$ 377,5 juta. Di sisi lain, segmen nikel milik HRUM juga turut menyumbang terhadap laba bersih sepanjang semester pertama 2022. Jika diakumulasikan selama enam bulan pertama tahun 2022, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk HRUM melonjak 1.309,6% yoy menjadi US$ 146,0 juta dari sebelumnya US$ 10,4 juta. Kenaikan ASP juga dialami oleh PT Indika Energy Tbk (
INDY). Peningkatan pendapatan terutama berasal dari anak usaha INDY, yakni PT Kideco Jaya Agung (Kideco), yang didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata batubara sebesar 86,7% menjadi US$ 89,2 per ton pada enam bulan pertama 2022. Di sisi lain, Kideco mencatatkan volume penjualan batubara sebesar 17,0 juta ton di periode ini. Peningkatan pendapatan juga dikontribusikan oleh anak usaha INDY lainnya, yakni PT Indika Indonesia Resources yang mencatat kenaikan pendapatan sebesar 138,1% menjadi US$ 377,3 juta. Kenaikan ini didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata batubara di PT Multi Tambang Jaya Utama (MUTU) dan perdagangan batubara.
Baca Juga: Dian Swastatika (DSSA) Menyuntikkan Investasi US$ 200 Juta ke DANA Pendapatan MUTU naik 73,4% menjadi US$ 122,9 juta di enam bulan pertama 2022, dikarenakan kenaikan harga jual rata-rata batubara sebesar 136,6% menjadi US$ 194,6 per ton. Adapun INDY membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 200,65 juta, melejit 1.572% dari laba bersih yang direalisasikan pada periode yang sama tahun lalu, yang hanya US$ 12,00 juta. Kenaikan laba bersih ini sejalan dengan pendapatan Indika Energy yang menanjak di periode Januari-Juni 2022. Sepanjang enam bulan pertama 2022, INDY membukukan pendapatan US$ 1,93 miliar atau melesat 66,5% dari US$ 1,16 miliar pada Juni 2021. PT United Tractors Tbk (UNTR) juga berhasil mencetak kinerja ciamik, yang didorong oleh segmen bisnis batubaranya. Pendapatan bersih konsolidasian UNTR mencapai Rp 60,4 triliun atau meningkat sebesar 62% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021. Adapun laba bersih yang dikempit UNTR mencapai Rp 10,4 triliun, melesat 129 % secara yoy. Salah satu bisnis yang mengalami pertumbuhan adalah unit usaha pertambangan batubara yang dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA). Pendapatan TTA meningkat sebesar 149% menjadi Rp 18,7 triliun.
Baca Juga: Konversi Utang, SLJ Global (SULI) Bakal Gelar Private Placement 90 Juta Saham Adapun total penjualan batubara sampai semester pertama 2022 mencapai 5,8 juta ton, atau turun sebesar 8% dari periode yang sama tahun 2021 sebesar 6,3 juta ton. Penurunan ini karena adanya larangan ekspor sementara pada bulan Januari 2022. Namun demikian, meningkatnya rata-rata harga jual batubara mampu menutupi penurunan volume penjualan batubara TTA. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi