KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja sejumlah emiten pertambangan batubara sepanjang periode Januari-September 2023 kurang apik. Mayoritas emiten batubara membukukan penurunan pendapatan dan laba bersih per kuartal III 2023. Terkini, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) merilis penurunan kinerja keuangan kuartal III 2023. Di periode tersebut, ITMG membukukan laba bersih US$ 405,83 juta. Laba ini tergerus 54,6% dibandingkan dengan capaian laba bersih di periode Januari-September 2022 yang mencapai US$ 893,81 juta. Kinerja topline ITMG juga ikut tertekan. ITMG tercatat membukukan pendapatan senilai US$ 1,82 miliar. Angka ini menurun 30,18% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 2,61 miliar.
Baca Juga: Laba Bersih Indo Tambang (ITMG) Turun 54,6% Hingga Kuartal III-2023, Ini Penyebabnya Sebelumnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga melaporkan penurunan kinerja. Emiten pelat merah ini mencetak laba bersih Rp 3,8 triliun per akhir September 2023. Realisasi ini merosot 62% jika dibandingkan dengan laba bersih PTBA pada periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 10 triliun. Dari sisi pendapatan, emiten pelat merah ini membukukan pendapatan sebesar Rp 27,7 triliun. Realisasi ini menurun 10,84% bila dibandingkan pendapatan PTBA di periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 31,07 triliun. PT Indika Energy Tbk (INDY) juga bernasib sama. Kinerja INDY mengalami tekanan sepanjang sembilan bulan pertama 2023. Laba bersih INDY tergerus hingga 72,26% menjadi US$ 93,83 juta per akhir September 2023. Sebagai perbandingan, laba bersih INDY pada periode yang sama tahun lalu mencapai US$ 338,39 juta. Sama seperti PTBA dan ITMG, penurunan laba bersih INDY juga berbarengan dengan penurunan pendapatan. INDY mengantongi pendapatan senilai US$ 2,29 miliar per akhir kuartal III-2023. Angka ini menurun 26,65% dari pendapatan per akhir kuartal III-2022 yang kala itu mencapai US$ 3,13 miliar Emiten tambang batubara besar lainnya, yakni PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) juga mengalami tekanan, yang tercermin dari pendapatan dan laba bersihnya yang kompak merosot. Emiten batubara besutan Garibaldi "Boy" Thohir ini meraih laba bersih sebesar US$ 1,21 miliar hingga September 2023. Laba bersih ADRO menyusut 36,31% jika dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai US$ 1,90 miliar Dari sisi topline, ADRO meraup pendapatan usaha sebesar US$ 4,98 miliar hingga September 2023. Realisasi ini menurun 15,73% dibandingkan pendapatan September 2022 sebesar US$ 5,91 miliar.
Tertekan harga jual
Salah satu biang kerok penurunan kinerja emiten tambang batubara adalah penurunan harga jual, meskipun volume produksi dan penjualan emiten terkerek naik. Niko Chandra, Corporate Secretary PTBA menyebut, ada koreksi harga batubara dan fluktuasi pasar sepanjang periode ini. Rata-rata harga batubara ICI-3 terkoreksi sekitar 33% dari semula US$ 128,5 per ton pada Januari-September 2022 menjadi US$ 86,3 per ton pada Januari-September 2023. Dari sisi operasional sebenarnya kinerja PTBA terbilang bagus. Per September 2023, PTBA menjual 27,0 juta ton batubara alias naik 14,9% secara year-on-year (yoy). Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy Indonesia Garibaldi Thohir juga menyebut, turunnya pendapatan ADRO seiring penurunan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) sebanyak 25%. Padahal, secara operasional produksi dan penjualan batubara ADRO masing-masing naik 12% dan 11% menjadi 50,73 juta ton dan 49,12 juta ton. Penurunan harga jual batubara juga dialami INDY. Azis Armand, Vice President Director dan Group CEO Indika Energy menjabarkan sejumlah faktor yang menggerus kinerja INDY. Penurunan pendapatan terutama berasal dari anak usaha INDY, yakni Kideco Jaya Agung (Kideco) yang mencatat penurunan pendapatan sebesar 23,0% menjadi US$ 1,70 miliar. Berbeda dengan ADRO dan PTBA, penurunan pendapatan INDY disebabkan kombinasi penurunan volume produksi dan melemahnya harga jual rata-rata batubara yang dicatatkan oleh Kideco.
Baca Juga: Emiten Batubara Optimistis Target Operasional Tercapai Jelang Akhir Tahun 2023 Per September 2023, Kideco menjual 22,6 juta ton batubara atau turun 14,3% dibandingkan dengan penjualan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 26,3 juta ton batubara. Penurunan realisasi penjualan ini akibat dari penurunan target produksi tahunan sebesar 31 juta ton pada tahun 2023 dibandingkan 34 juta ton pada tahun 2022. Bersamaan, Kideco juga mencatat penurunan harga jual rata-rata sebesar 10% menjadi US$ 75,7 per ton dari sebelumnya US$ 84,2 per ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat