Harga Kakao Melambung Tinggi, Bagaimana Dampaknya Bagi Indonesia?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dewan Kakao Indonesia (Dekaindo) menilai tren kenaikan harga biji kakao dapat mempengaruhi kelangsungan bisnis kakao dan produk turunannya di Indonesia.

Mengutip trading economics, harga kakao berada di level US$ 3.725 per ton pada Rabu (25/10). Harga kakao sudah melonjak 6,71% dalam sebulan terakhir atau month to month (MtM). Dalam setahun terakhir atau year on year (YoY), harga kakao melesat 63,96%.

Yeni Wati, Sekretaris Jenderal Dewan Kakao Indonesia menyampaikan, kenaikan harga bahan baku biji kakao sudah terjadi sejak pertengahan 2023. Penyebabnya macam-macam, mulai dari inflasi global, konflik geopolitik Rusia-Ukraina, ketidakpastian ekonomi global, hingga krisis iklim.


Dekaindo menilai, krisis iklim memberi dampak yang besar terhadap harga kakao, karena lebih dari 40% produksi kakao berasal dari negara-negara di Afrika Barat seperti Pantai Gading dan Ghana. Kawasan tersebut mengalami musim hujan lebih banyak sampai menimbulkan banjir sehingga banyak buah kakao membusuk dan pohon kakao yang terserang penyakit.

“Hal ini tentunya berdampak pada kenaikan harga produk cokelat dan juga makanan-minuman cokelat,” kata Yeni, Kamis (26/10).

Baca Juga: Jelang Musim Tanam, Kementan Akan Tambah Pasokan Pupuk ke Petani

Namun demikian, Yeni menganggap kenaikan harga pada produk makanan-minuman cokelat yang berasal dari kakao tidak bisa dilakukan secara signifikan oleh pihak produsen. Sebab, kebijakan penyesuaian harga produk tersebut harus mempertimbangkan kemampuan daya beli masyarakat yang cenderung stagnan atau menurun sejak kenaikan harga BBM subsidi tahun lalu.

“Kami berharap menjelang akhir 2023, daya beli masyarakat dapat terdorong kembali karena perayaan Natal dan tahun baru,” imbuh Yeni.

Dengan kondisi ekonomi global yang tidak menentu, maka efisiensi di internal pelaku usaha kakao sangat krusial untuk dilaksanakan guna meminimalisasi dampak kenaikan biaya-biaya pengeluaran.

Dekaindo pun memperkirakan kinerja industri kakao pada 2023 akan mengalami sedikit penurunan, mengingat permintaan yang meredup baik dari pasar ekspor maupun dalam negeri.

Di sisi lain, Dekaindo berharap kenaikan harga kakao dapat mendorong para petani agar mau menanam lebih banyak kakao dan memelihara kebun kakao mereka secara intensif supaya produktivitasnya dapat meningkat tanpa perlu memperluas lahan. Ini mengingat fakta bahwa rata-rata produktivitas para petani kakao di Indonesia masih di bawah 500 kilogram per hektare.

Lebih lanjut, Dekaindo memperkirakan permintaan biji kakao secara global tetap berpotensi meningkat dalam beberapa tahun mendatang. “Potensi ini seiring dengan peningkatan permintaan pasar terhadap cokelat dan produk makanan-minuman berbasis cokelat,” tandas Yeni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari