Harga kapas dorong industri rayon



jakarta. Produksi serat rayon Indonesia tahun depan bakal meningkat. Tambahan pasokan akan datang dari South Pacific Viscose (SPV), produsen rayon asal Austria. SPV akan meningkatkan kapasitas produksi menjadi 325.000 ton per tahun, dari 225.000 ton per tahun saat ini.

Rencana penambahan kapasitas ini tentu membuat industri ini lebih bergairah. Sebab, jika ditambah produksi Indo Bharat Rayon sebesar 170.000 ton, produksi serat rayon nasional pada 2011 akan menembus 495.000 ton per tahun.

Ekspansi SPV dengan investasi senilai US$ 130 juta ini selesai tahun depan. "Mereka sudah mendapat persetujuan perluasan pabrik dari induk usahanya di Austria," ungkap Ade Sudrajat, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Kamis (16/12).


Menurut Ade, SPV menambah kapasitas lantaran permintaan rayon di dalam negeri meningkat. Tren ini terlihat sejak harga kapas melambung beberapa bulan terakhir.

Beralih ke rayon

Tingginya harga kapas itu, menurut Ade, mendorong banyak perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) mengalihkan penggunaan bahan baku dari kapas ke rayon dan poliester. "Langkah ini dilakukan perusahaan tekstil dan garmen, agar aktivitas produksi tetap jalan," ujar Ade.

Ade menyatakan, produsen TPT tidak mungkin mengimbangi kenaikan harga kapas dengan menaikkan harga jual. Sementara berhenti berproduksi juga tidak mungkin.PT Sandratex adalah satu dari sekian banyak produsen tekstil yang beralih ke rayon dan poliester. Sejak harga kapas melambung, Sandratex mengubah komposisi bahan baku tekstilnya. "Kami mengubah komposisi dengan mencampurkan ketiga bahan baku utama," ujar Djasimoen, Manajer Sandratex.

Djasimoen mengaku, penggunaan bahan baku rayon dan poliester membantu menekan ongkos produksi. Sayang, ia tidak mau merinci berapa banyak biaya yang mereka hemat dari cara ini.

Sekedar catatan, kebutuhan riil serat rayon di pasar domestik kini mencapai 300.000 ton per tahun. Mestinya, kebutuhan itu bisa dipenuhi oleh SPV dan Indo Bharat. Sebab, total produksi dua perusahaan itu mencapai 495.000 ton.

Namun, kedua produsen serat rayon itu mengalokasikan 40%-58% hasil produksinya untuk pasar ekspor. Baru sisanya untuk domestik. "Karena itulah, SPV menambah kapasitasnya," ucap Ade.

Budi Irmawan, Direktur Industri Sandang dan Aneka Kementerian Perindustrian bilang, sudah sepatutnya produsen TPT beralih ke rayon dan poliester.

Budi mengaku, pemerintah tetap akan membantu mengatasi kesulitan produsen TPT. "Khusus jenis kapas sisir masih dikenakan bea masuk 5%, jika permintaannya banyak, kami akan mengusulkan bea masuk 0%," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini