Harga Karet Makin Melar



JAKARTA. Harga karet di pasar global terus menguat sejak awal tahun ini. Begitu pula harga karet ekspor Indonesia. Tren penguatan ini dapat terlihat dari harga karet di Bursa Komoditas Tokyo yang kemarin (5/4) telah mencapai kisaran ¥ 342,4 per kilogram (kg). Januari 2010 lalu, harga karet masih berkisar ¥ 288 per kg.Sayangnya, berkah kenaikkan harga itu ternyata tidak sepenuhnya dinikmati para petani karet. Wakil Ketua Komite Karet Indonesia Azis Pane mengaku, lonjakan harga itu hanya menguntungkan segelintir pihak. Sebutlah eksportir, tengkulak, para pemilik kebun swasta, serta pemerintah. "Selama ini, petani tidak terpengaruh. Mau harga naik setinggi apa, mereka tetap akan mendapatkan harga sama. Tetapi, kalau harga turun, mereka terkena imbasnya," katanya, Senin (5/4).Fakta ini memang sungguh ironis. Soalnya, data Kementerian Pertanian menunjukkan, hampir 85% dari total lahan karet di Indonesia adalah milik petani. Dari luas areal karet 3,4 juta hektare (ha), lahan milik petani mencapai 2,9 juta ha. Dari areal seluas itu, produksi karet petani mencapai 2 juta ton per tahun. Lazimnya, menurut Azis, petani bisa menjadi penentu harga dan berhak mendapatkan keuntungan dari lonjakan harga seperti yang terjadi sekarang ini. Kenyataannya, harga beli karet petani oleh para tengkulak saat ini hanya US$ 0,90 per kg atau maksimal US$ 1 per kg (sekitar Rp 9.055 per kg dengan kurs saat ini). Padahal, harga karet dunia saat ini sudah berkisar Rp 29.000 per kg. Bahkan, harga karet di bursa komoditas Tokyo untuk pengiriman September sudah naik 1,7% menjadi US$ 3.389 per ton. Ini merupakan harga kontrak tertinggi sejak September 2008. Demikian pula harga karet ekspor Indonesia seperti TSR. Harga TSR di bursa komoditas Singapura untuk pengiriman bulan Mei 2010 berkisar US$ 3,225 per kg (Rp 29.025 per kg). Sedangkan harga harian per 1 April mencapai Rp 29.167 per kg. Padahal, di awal Januari 2010, harganya hanya Rp 26.404 per kg. Bukti dan perbandingan rendahnya harga karet petani juga dapat dilihat dari hasil lelang karet perusahaan perkebunan milik pemerintah seperti PT Perkebunan Nusantara III, V, VI, IX, dan XII. Dari hasil lelang yang berlangsung kemarin, harga karet BUMN-BUMN tersebut bahkan cenderung lebih tinggi dari harga yang berlaku di bursa komoditas Tokyo maupun Singapura. Karet milik PTPN dilelang seharga US$ 3,25 per kg (Rp 29.428 per kg) untuk pengiriman April.Adapun penyebab terus melonjaknya harga karet dunia adalah lantaran pasokan dari sejumlah negara produsen seperti Thailand menipis di tengah permintaan yang tinggi. Sebagai produsen karet terbesar saat ini, Thailand hanya mampu memproduksi 60 ton per hari dari biasanya sebanyak 200 ton per hari.Menurut Wakil Menteri Pertanian Thailand Supachai Phosu seperti dikutip Bloomberg, penurunan produksi karet di negaranya disebabkan oleh musim kemarau yang panjang. "Kami perkirakan, harga karet akan terus naik. Pasalnya, kemarau ini membuat produksi lateks menyusut. Padahal, permintaan terus meningkat seiring membaiknya kondisi ekonomi global," ujarnya.Lebih lanjut, Azis menilai, rendahnya nilai tawar harga karet petani di Indonesia terjadi karena tidak ada uluran tangan pemerintah. Khususnya, batuan pemasaran dan penyuluhan tentang kondisi dan harga karet di pasar. Azis meminta pemerintah bergerak cepat membantu petani karet. Caranya adalah membentuk koperasi secara serentak di seluruh daerah seperti Jambi. "Tahun ini, pemerintah baru mau membentuk koperasi-koperasi sebagai media pemasaran dan penyuluhan. Itu pun baru mau mulai di Kalimantan Barat. Menurut saya, langkah ini sangat terlambat," tandasnya.

iPasar Rambah Karet

Di tengah kekecewaan petani yang tak dapat menikmati lonjakan harga karet, ternyata masih ada kabar baik. Saat ini, petani berpeluang memiliki wadah untuk dapat langsung menjual hasil karetnya tanpa melalui tengkulak. Adalah wadah lelang online iPasar yang berencana mulai menggelar lelang karet pada akhir bulan ini. Direktur Perdagangan iPasar F.X Judamanto berharap, lelang karet melalui iPasar mampu membantu petani agar penghasilan mereka tidak lagi ditentukan para tengkulak. Nantinya, petani akan memperoleh harga jual sesuai harga pasar yang berlaku umum. "Setelah kami riset, ternyata ada semacam kartel harga para tengkulak ini. Jadi petani mengikuti saja dengan kemauan si tengkulak ini. Harga karet petani hanya mereka hargai senilai Rp 8.000-Rp 12.000 per kg. Padahal, harga pasar saat ini hampir Rp 30.000 per kg," paparnya.iPasar berencana akan melelang karet di Jambi dan Kalimantan Selatan sebanyak 60 ton - 100 ton per hari. "Saat ini, kita tengah berkoordinasi dengan perusahaan dan pemerintah daerah setempat soal hal ini," ujar Judamanto. n


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: