JAKARTA. Memasuki pertengahan tahun ini, harga karet dunia masih mengerut hingga ke level US$ 1,6 per kilogram (kg). Sepanjang tahun ini saja, harga karet sudah turun 28% dari awal tahun. Anjloknya harga karet ini berdampak terhadap kinerja perusahaan produsen dan eksportir karet dalam negeri.Martinus S. Sinarya, Presiden Direktur Kirana Megatara, salah satu produsen dan eksportir karet, mengatakan, hingga akhir tahun ini pendapatan perusahaan diproyeksi hanya sampai US$ 1 miliar. "Maksimal US$ 1,25 miliar," kata Martinus, belum lama ini. Tahun lalu, sebelum terjadi penurunan harga karet seperti sekarang, Kirana optimistis bisa mencatat kinerja cemerlang. Saat itu, perusahaan mematok target pendapatan tahun ini mencapai US$ 1,5 miliar. Alih-alih turun, harga karet pada akhir tahun lalu justru sempat menunjukkan tren peningkatan.
Namun sayang, hal itu tidak berlangsung lama dan cenderung anjlok pada kuartal II-2014. Meski terjadi tren penurunan harga, namun dari sisi pembelian tidak ada permasalahan. "Mestinya dengan harga turun maka logikanya tidak ada permintaan. Tapi justru buyer di Kirana minta deliver on time. Aneh buat saya," kata Martinus. Melihat harga karet yang mengendur ini, Martinus berharap agar tiga negara produsen karet terbesar di dunia, yakni Thailand, Indonesia dan Malaysia berperan aktif melakukan stabilisasi harga. Selain pengusaha, yang terkena imbas dari anjloknya harga akret ini adalah petani karet. Bila harga karet terus tergerus dan dirasa tidak menguntungkan bagi petani, dikhawatirkan luas lahan karet semakin menyusut. "Petani dan pengusaha karet sangat menderita, terutama petani yang pendapatannya semakin tergerus," kata Martinus. Rencana ekspansi Kendati harga karet terus menyusut, Kirana sendiri akan meneruskan rencana ekspansinya tahun ini. Perusahaan yang menjadi bagian dari Triputra Group ini menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini sekitar Rp 400 miliar. Dana itu akan digunakan untuk penanaman pohon karet baru, perawatan kebun dan pabrik. Asal tahu saja, setiap tahun Kirana Megatara menargetkan penanaman pohon karet baru seluas 2.000 hektare (ha). "Masih 100% sesuai rencana," kata Martinus. Luas land bank atau perbendaharaan lahan perkebunan karet yang dimiliki Kirana Megatara mencapai 35.000 ha. Lokasinya berada di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Jambi. Dari total areal tersebut, sekitar 2.800 ha berstatus tertanam. Areal perkebunan karet Kirana Megatara yang berstatus sudah menghasilkan masih sangat kecil. Tahun lalu luas lahan perkebunan yang menghasilkan baru 500 ha dengan rata-rata usia tanaman lima tahun sampai enam tahun. Sepanjang 2014 ini diproyeksi akan ada peningkatan luasan areal tanaman karet yang menghasilkan menjadi sekitar 1.000 ha.
Kirana Megatara sendiri merupakan perusahaan pemrosesan dan penjualan karet dalam bentuk crumb rubber atau karet rempah. Dengan 15 pabrik pengolahan crumb rubber yang dimiliki, total kapasitas terpasang pabrik mencapai 800.000 ton per tahun. Utilisasi atau kapasitas terpakai dari pabrik karet remah Kirana Megatara masih belum maksimal. Tahun ini, manajemen menargetkan produksi karet remah akan mencapai 550.000 ton atau naik 10% bila dibandingkan tahun 2013. Keseluruhan karet remah produksi Kirana Megatara ditujukan ke pasar ekspor. Setidaknya, ada 10 pabrik pengolahan ban internasional yang menjadi pelanggan Kirana Megatara. Antara lain Bridgestone, Michelin dan Goodyear. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendra Gunawan