TOKYO. Harga karet terjungkal seiring dengan China, pengguna terbesar karet, akan meningkatnya margin kontrak komoditinya untuk meredam harga. Selain itu, Indonesia, negara pengekspor karet terbesar kedua di dunia, juga menyurung produksinya untuk mengeduk untung dari kenaikan harga. Harga kontrak karet untuk pengiriman Mei di Tokyo Commodity Exchange anjlok sebesar 2,1% menjadi 355,1 yen per kilogram (US$ 4.236 per metrik ton) sebelum akhirnya diperdagangkan di level 356,9 yen pada pukul 11:31 waktu Tokyo. Kontrak yang paling aktif diperdagangkan ini, yang telah menyentuh level tertingginya dalam 30 tahun terakhir di level 383 yen pada 11 November 2010 lalu, mencatatkan kemerosotan terburuknya sejak 16 Juli. Kontrak di Shanghai juga terjerembap hingga batas atas maksimal penurunan ke level yang paling rendah sejak 13 Oktober 2010. Shanghai Futures Exchange akan mengerek margin dan batasan harga garian lantaran otoritas China berniat untuk mengikis spekulasi dan meredam inflasi. Margin karet akan meningkat menjadi 13% setelah pasar tutup pada 29 November 2010 mendatang. Batasan harga harian juga akan naik menjadi 6% mulai 30 November 2010. "China memutuskan untuk mengikis inflasi; menyurung spekulasi bahwa permintaan mereka kemungkinan melemah," kata Takaki Shigemoto, Analis JSC Corp. Investor akan makin mencermati bahwa fundamental pasar tidak akan seketat yang mereka prediksikan semula. Association of Natural Rubber Producing Countries menjelaskan, suplai karet tahun ini kemungkinan akan lebih besar dari yang diprediksikan bulan lalu lantaran pengembang karet di Indonesia berniat untuk mendongkrak produksi untuk mengeruk laba dari tingginya harga karet. Produksi karet kemungkinan naik 6,6% menjadi 9,5 juta ton; lebih besar dari preduksi akhir Oktober lalu yang hanya 9,4 juta ton. Suplai kemungkinan akan anjlok sebesar 3,8% dalam tiga bulan per 31 Desember seiring dengan cutah hujan di Thailand yang mengganggu penyadapan karet.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga karet terjegal kebijakan China dan produksi Indonesia
TOKYO. Harga karet terjungkal seiring dengan China, pengguna terbesar karet, akan meningkatnya margin kontrak komoditinya untuk meredam harga. Selain itu, Indonesia, negara pengekspor karet terbesar kedua di dunia, juga menyurung produksinya untuk mengeduk untung dari kenaikan harga. Harga kontrak karet untuk pengiriman Mei di Tokyo Commodity Exchange anjlok sebesar 2,1% menjadi 355,1 yen per kilogram (US$ 4.236 per metrik ton) sebelum akhirnya diperdagangkan di level 356,9 yen pada pukul 11:31 waktu Tokyo. Kontrak yang paling aktif diperdagangkan ini, yang telah menyentuh level tertingginya dalam 30 tahun terakhir di level 383 yen pada 11 November 2010 lalu, mencatatkan kemerosotan terburuknya sejak 16 Juli. Kontrak di Shanghai juga terjerembap hingga batas atas maksimal penurunan ke level yang paling rendah sejak 13 Oktober 2010. Shanghai Futures Exchange akan mengerek margin dan batasan harga garian lantaran otoritas China berniat untuk mengikis spekulasi dan meredam inflasi. Margin karet akan meningkat menjadi 13% setelah pasar tutup pada 29 November 2010 mendatang. Batasan harga harian juga akan naik menjadi 6% mulai 30 November 2010. "China memutuskan untuk mengikis inflasi; menyurung spekulasi bahwa permintaan mereka kemungkinan melemah," kata Takaki Shigemoto, Analis JSC Corp. Investor akan makin mencermati bahwa fundamental pasar tidak akan seketat yang mereka prediksikan semula. Association of Natural Rubber Producing Countries menjelaskan, suplai karet tahun ini kemungkinan akan lebih besar dari yang diprediksikan bulan lalu lantaran pengembang karet di Indonesia berniat untuk mendongkrak produksi untuk mengeruk laba dari tingginya harga karet. Produksi karet kemungkinan naik 6,6% menjadi 9,5 juta ton; lebih besar dari preduksi akhir Oktober lalu yang hanya 9,4 juta ton. Suplai kemungkinan akan anjlok sebesar 3,8% dalam tiga bulan per 31 Desember seiring dengan cutah hujan di Thailand yang mengganggu penyadapan karet.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News