JAKARTA. Pengusaha kertas dan bubur kertas (pulp) boleh tersenyum lebar. Betapa tidak, memasuki semester kedua ini permintaan kertas dan pulp membludak. Belum lagi harga pulp yang kian mendekati rekor tahun lalu. Menurut data Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), selama November ini, harga kertas HVS, misalnya, sudah menyentuh US$ 950-1.000 per ton. Sementara harga pulp serat pendek mencapai US$ 660 per ton, dan pulp serat panjang US$ 800 per ton. Ketua APKI, Muhammad Mansur mengakui, harga ini memang belum menyamai rekor tertinggi tahun lalu. "Harga selalu naik beberapa tahun terakhir dan mencapai puncak pada tahun lalu," ujar Ketua APKI, Muhammad Mansur kepada KONTAN. Pada Juli 2008 silam, kertas HVS sempat mencetak rekor US$ 1.100-US$ 1.200 per ton. Pada saat yang sama, harga pulp serat pendek juga ikut mencapai rekor, yakni US$ 810 per ton. Di sisi lain, pulp serat panjang harganya mencapai US$ 750-770 per ton. Namun, terjangan krisis global setelah semester kedua 2008 membuat permintaan kertas anjlok sampai semester satu 2009. Sepinya order membuat industri menurunkan kapasitas pabrik hingga 65%. Ini juga yang membuat harga rata-rata kertas mencium harga rekor terendah. Harga HVS, contohnya, sempat menyentuh US$ 700 per ton pada Maret 2009. Saat itu, harga pulp serat pendek pun longsor ke posisi US$ 360 per ton. Lalu, pulp serat panjang harganya berlutut di kisaran US$ 510-530 per ton. "Permintaan sepi, harga terlalu murah, jadi bisnis tidak jalan," lanjut Mansur. Ini menyebabkan produksi industri kertas nasional pada semester satu lalu hanya mencapai 2,2 juta ton. Angka ini turun 30% dari periode sama pada 2008. Malah, beberapa pelaku industri juga mengalami guncangan berat. Maklum, garis polisi yang membatasi hutan tanaman industri (HTI) dan kayu di sejumlah wilayah, salah satunya di beberapa lokasi di Sumatera, banyak mewarnai tahun 2007 hingga 2008. Praktis ini mengganggu pasokan bahan baku pulp industri. Akibatnya, beberapa pelaku industri mengadakan PHK besar-besaran bahkan ada pula yang gulung tikar. Untungnya, Mansur memastikan secara keseluruhan pasokan bahan baku tahun ini masih aman. "Sebab, awal tahun ini police line sudah dilepas," ujar Mansur. Banjir permintaan membuat kapasitas produksi industri 95%. Mansur optimistis, awan cerah yang menaungi industri pulp dan kertas hingga akhir tahun. Dus, APKI menargetkan produksi kertas dan bubur kertas tahun ini bisa menyamai produksi tahun lalu. Sepanjang tahun 2008, produksi kertas nasional mencapai 9,7 juta ton atau naik 3,1% dari 9,4 juta ton pada 2007. Sementara produksi pulp mencapai 5,4 juta ton, atau turun 6,8% dari 5,8 juta ton pada 2007. Dari produksi tersebut, impor kertas dan pulp mencapai 1,2 juta ton dan ekspor mencapai 2,7 juta ton.
Harga Kertas November Mencapai US$ 1.000 per Ton
JAKARTA. Pengusaha kertas dan bubur kertas (pulp) boleh tersenyum lebar. Betapa tidak, memasuki semester kedua ini permintaan kertas dan pulp membludak. Belum lagi harga pulp yang kian mendekati rekor tahun lalu. Menurut data Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), selama November ini, harga kertas HVS, misalnya, sudah menyentuh US$ 950-1.000 per ton. Sementara harga pulp serat pendek mencapai US$ 660 per ton, dan pulp serat panjang US$ 800 per ton. Ketua APKI, Muhammad Mansur mengakui, harga ini memang belum menyamai rekor tertinggi tahun lalu. "Harga selalu naik beberapa tahun terakhir dan mencapai puncak pada tahun lalu," ujar Ketua APKI, Muhammad Mansur kepada KONTAN. Pada Juli 2008 silam, kertas HVS sempat mencetak rekor US$ 1.100-US$ 1.200 per ton. Pada saat yang sama, harga pulp serat pendek juga ikut mencapai rekor, yakni US$ 810 per ton. Di sisi lain, pulp serat panjang harganya mencapai US$ 750-770 per ton. Namun, terjangan krisis global setelah semester kedua 2008 membuat permintaan kertas anjlok sampai semester satu 2009. Sepinya order membuat industri menurunkan kapasitas pabrik hingga 65%. Ini juga yang membuat harga rata-rata kertas mencium harga rekor terendah. Harga HVS, contohnya, sempat menyentuh US$ 700 per ton pada Maret 2009. Saat itu, harga pulp serat pendek pun longsor ke posisi US$ 360 per ton. Lalu, pulp serat panjang harganya berlutut di kisaran US$ 510-530 per ton. "Permintaan sepi, harga terlalu murah, jadi bisnis tidak jalan," lanjut Mansur. Ini menyebabkan produksi industri kertas nasional pada semester satu lalu hanya mencapai 2,2 juta ton. Angka ini turun 30% dari periode sama pada 2008. Malah, beberapa pelaku industri juga mengalami guncangan berat. Maklum, garis polisi yang membatasi hutan tanaman industri (HTI) dan kayu di sejumlah wilayah, salah satunya di beberapa lokasi di Sumatera, banyak mewarnai tahun 2007 hingga 2008. Praktis ini mengganggu pasokan bahan baku pulp industri. Akibatnya, beberapa pelaku industri mengadakan PHK besar-besaran bahkan ada pula yang gulung tikar. Untungnya, Mansur memastikan secara keseluruhan pasokan bahan baku tahun ini masih aman. "Sebab, awal tahun ini police line sudah dilepas," ujar Mansur. Banjir permintaan membuat kapasitas produksi industri 95%. Mansur optimistis, awan cerah yang menaungi industri pulp dan kertas hingga akhir tahun. Dus, APKI menargetkan produksi kertas dan bubur kertas tahun ini bisa menyamai produksi tahun lalu. Sepanjang tahun 2008, produksi kertas nasional mencapai 9,7 juta ton atau naik 3,1% dari 9,4 juta ton pada 2007. Sementara produksi pulp mencapai 5,4 juta ton, atau turun 6,8% dari 5,8 juta ton pada 2007. Dari produksi tersebut, impor kertas dan pulp mencapai 1,2 juta ton dan ekspor mencapai 2,7 juta ton.