Harga kertas turun, penjualan TKIM melorot 6,13%



JAKARTA. PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk mencatatkan penjualan neto sekitar US$ 996,9 juta di tahun lalu. Penjualan itu menyusut 6,13% dibandingkan pencapaian tahun 2015, yakni US$ 1,06 miliar.

Menelisik laporan keuangan perusahaan ini di tahun 2016, penjualan produk kertas, turun sebanyak 6,82% menjadi US$ 925,63 miliar. Sementara penjualan produk pengemas dan lainnya tumbuh 3,07% menjadi US$ 71,27 juta.

Kepada KONTAN, Kamis (6/4), Suhendra Wiriadinata, Direktur PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk mengatakan, pendapatan 2016 turun karena terjadi penurunan harga jual. Hanya saja, dia tak membeberkan besar penurunan harga jual yang dimaksud.


Beruntung, laba neto yang dapat diatribusikan perusahaan ini kepada pemilik entitas induk alias laba bersih Tjiwi Kimia tahun 2016 masih mendaki. Malah laba bersih perusahaan di tahun lalu tumbuh lima kali lipat lebih ketimbang tahun 2015, yaitu menjadi US$ 7,65 juta.

Rupanya, pos bagian laba (rugi) neto entitas asosiasi menyelamatkan bottom line Tjiwi Kimia. Tahun lalu pos itu tercatat positif atau laba US$ 18,98 juta. Sementara tahun 2015 pos tersebut rugi US$ 19,09 juta.

Entitas asosiasi yang menyumbang laba bagi Tjiwi Kimia adalah PT Oki Pulp & Paper Mills. Catatan saja, hingga akhir tahun lalu Tjiwi Kimia menggenggam 49,08% saham Oki Pulp & Paper.

Dalam pemberitaan KONTAN sebelumnya, Asia Pulp and Paper (APP), yang merupakan holding Tjiwi Kimia telah merampungkan pembangunan pabrik PT Oki Pulp & Paper di Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan. Jadwal operasional pabrik senilai Rp 40 triliun itu, mulai Januari 2017.

Meski penjualan neto tahun lalu turun, Tjiwi Kimia tak berkecil hati. Perusahaan berkode saham TKIM di Bursa Efek Indonesia tersebut menargetkan, pertumbuhan penjualan 5%-10% tahun ini.

Tjiwi Kimia masih mengendus potensi besar dari pasar ekspor. Namun, mereka juga tak menutup mata dengan tantangan bisnis yang mungkin dihadapi. "Potensi masih tinggi, tinggal tantangannya soal kebijakan proteksi di beberapa negara melalui isu dumping," kata Suhendra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie