KUALA LUMPUR. Kabar mengejutkan datang dari maskapai penerbangan asal Malaysia, AirAsia Bhd. Perusahaan jasa penerbangan murah (budget airlines) terbesar di Asia itu, dikabarkan akan delisting dari bursa saham Malaysia atau Kuala Lumpur Stock Exchange (KLCE) dan menjadi perusahaan tertutup (private). Seorang sumber Reuters yang mengetahui rencana ini, Rabu (7/10) menceritakan, pendiri AirAsia, Tony Fernandes sedang bernegosiasi dengan sejumlah bank untuk mendanai program pembelian saham publik. Aksi ini akan dilaksanakan dalam beberapa bulan ke depan. Pembelian saham publik tersebut merupakan cara untuk memuluskan rencana go private maskapai yang bermarkas di Kuala Lumpur ini.
Sumber Reuters menambahkan, rencana delisting muncul setelah laporan dari sekuritas asal Hongkong, GMT Research pada Juni 2015 lalu yang mempertanyakan praktik akuntansi di AirAsia. GMT menuding, AirAsia memanfaatkan transaksi dengan perusahaan afiliasinya untuk memanipulasi pendapatan perusahaan. Sejurus kemudian, tudingan GMT tersebut lantas meluluhlantakkan harga saham AirAsia. Investor yang ketakutan berbondong-bondong menjual saham perusahaan pemilik slogan "now everyone can fly" itu. Adapun harga saham AirAsia kini telah terjungkal ke posisi RM 1,2 per saham, alias anjlok sekitar 60% sejak tudingan GMT menjadi bahasan publik. Harga ini sekaligus menjadi yang terendah sejak krisis ekonomi 2008. Kepada Reuters, Jurubicara AirAsia enggan mengklarifikasi kabar rencana delisting tersebut.