Harga komoditas akan dorong neraca dagang November



JAKARTA. Tren kenaikan harga komoditas masih akan menjadi pendorong utama surplus neraca perdagangan sampai dengan November 2016. Bank Indonesia (BI) memprediksi, pada bulan tersebut, surplus neraca perdagangan RI masih mencatatkan angka yang besar.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung memproyeksikan, surplus neraca perdagangan November 2016 lebih dari US$ 1,5 miliar. Jika benar, surplus neraca perdagangan November akan menjadi surplus bulanan terbesar di tahun ini. "(Surplus) sekitar US$ 1,6 miliar–US$ 1,7 miliar," katanya dihubungi KONTAN, Selasa (13/12).

BI mencatat, harga batubara, CPO, dan tembaga pada November meningkat. Harga timah dan nikel juga naik. Bahkan BI memperkirakan, harga komoditas akan membaik di 2017. "Pertumbuhan indeks harga komoditas ekspor Indonesia 2016 kami revisi menjadi 3,8% dan di 2017 sebesar 7,4%," katanya.


Sejumlah ekonom yang dihubungi KONTAN juga memproyeksikan hal senada. Ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra memproyeksikan, surplus neraca perdagangan November sebesar US$ 1,38 miliar, didorong oleh kenaikan kinerja ekspor 16,1% year on year (YoY) dan impor naik 0,1% YoY.

Surplus disumbang peningkatan harga komoditas, terutama batubara. Sementara impor naik tipis terutama pada barang konsumsi karena mendekati akhir tahun. "Impor naiknya belum kencang, investasi kelihatannya belum kuat. Secara persentase kenaikan tertinggi di impor barang modal, lalu impor bahan baku, baru barang modal," katanya.

Ekonom Bank Pertama Josua Pardede memperkirakan, surplus neraca dagang November US$ 986 juta, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya sebesar US$ 1,21 miliar. Selain didorong peningkatan harga sejumlah komoditas,  seperti batubara (18,6%), CPO (2,3%), dan karet (12,4%) dibanding bulan sebelumnya, surplus juga didorong oleh penguatan indeks manufaktur negara mitra dagang Indonesia, kecuali India dan China.

Josua memperkirakan, kinerja ekspor naik 13,74% YoY dan impor tumbuh 1,15% YoY. Peningkatan impor terutama disebabkan peningkatan pada impor barang konsumsi dan impor migas karena persiapan akhir tahun. Sementara impor barang modal dan bahan baku masih stagnan. " Tahun depan, baru ada peningkatan impor, baik barang modal maupun bahan baku," kata Josua. Diperkirakan neraca perdagangan Desember bisa surplus, sehingga pencapaian tahun ini bisa sedikit melampaui surplus tahun lalu yang tercatat sebesar US$ 7,67 miliar.

Ekonom Development Bank of Singapore (DBS) Gundy Cahyadi memperkirakan, surplus neraca perdagangan bulan lalu sekitar US$ 700 juta dan Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual hanya US$ 500 juta. Menurut David, surplus tipis karena sejumlah harga komoditas mulai stagnan dibanding bulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan kinerja ekspor impor pada Kamis besok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia