JAKARTA. Turunnya harga jual rata-rata membuat kinerja PT Timah (Persero) Tbk (TINS) di kuartal-I tahun ini masih berat. Pada periode itu, TINS mengalami kerugian hingga Rp 19,1 miliar. Padahal di periode yang sama tahun lalu, laba bersih TINS mencapai Rp 95,02 miliar. Beban yang tinggi memang menggerus keuntungan TINS. Padahal dari sisi pendapatan, TINS masih mencetak pertumbuhan pendapatan sebesar 9,5% year on year (yoy) menjadi Rp 1,35 triliun. Namun, beban pokok pendapatan TINS naik 32,57% menjadi Rp 1,2 triliun pada Kuartal I 2015. Hal ini membuat laba kotor TINS anjlok dari Rp 325,4 miliar pada Kuartal I-2014 menjadi Rp 145,95 miliar pada tiga bulan pertama tahun ini. Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan TINS mengatakan, harga komoditas dunia yang telah turun sejak awal tahun ini mulai berdampak negatif pada kinerja TINS. Namun, ia yakin, pada Semester II-2015, harga komoditas bakal pulih seiring dengan pulihnya ekonomi dunia terutama Amerika Serikat.
Dari sisi produksi, TINS memproduksi 6.653 ton bijih timah atau naik 7,08% year on year (yoy) pada Kuartal I 2015. Sementara produksi logam timah meningkat 37,07% yoy menjadi 7.057 metrik ton, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 5.148 metrik ton. Di sisi lain, penjualan logam timah masih meningkat 22,82% menjadi 5.304 metrik ton. "Profit mengalami reduksi akibat turunnya harga jual rata-rata sebesar 18,73% pada Kuartal I-2015 menjadi US$ 18.936 per ton," ujar Agung, Jumat (24/4). Turunnya harga komoditas pun membuat TINS harus mengakselerasi strategi bisnisnya. Misalnya saja, TINS akan menggenjot hilirisasi produk timah, yaitu timah solder dan tin chemical yang diproduksi PT Timah Industri. Pabrik tin intermediate perseroan akan selesai pada bulan Agustus mendatang dan bakal meningkatkan volume penjualan TINS tahun ini.