KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konflik yang mulai mereda di Timur Tengah membuat harga komoditas energi mengalami penurunan. Harga minyak dunia, batubara hingga gas alam terpantau merosot seiring meredanya kekhawatiran dan ketegangan perang antara Israel dan Iran. Berdasarkan
Trading Economics, Selasa (14/5) sore, harga minyak brent turun 0,35% ke level US$ 83,075 per barel dan dalam sepekan harganya turun 7,34%. Sementara harga minyak WTI turun 0,36% dan saat ini diperdagangkan di posisi US$ 78,808 per barel. Harga batubara Newcastle berjangka pada hari Selasa (14/5) sore, juga terpantau turun 1,35% ke level US$ 142 per ton. Dalam sepekan harganya ikut merosot 1,10%. Kemudian, pada hari ini harga gas alam juga tercatat turun 2,06% ke level US$ 2,34 per MMBtu.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan sentimen yang membuat harga komoditas energi turun salah satunya yakni, karena suku bunga tinggi. Selain itu, ekonomi Tiongkok yang sedang bermasalah lantaran penurunan pasar properti juga berimbas terhadap anjloknya harga minyak mentah, gas alam, dan batubara. “Penurunan pasar properti menjadi titik utama terhadap perekonomian Tiongkok. Saat perekonomian Tiongkok mengalami perlambatan dengan sendirinya impor untuk komoditas energi akan menurun. Pasalnya,
salah satu negara impor terbesar di dunia itu adalah Tiongkok,” kata Ibrahim saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (14/5).
Baca Juga: Harga Komoditas Energi Turun Imbas Meredanya Konflik di Timur Tengah Selain itu, Ibrahim mengatakan sentimen lainnya datang dari data inflasi inti Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis pada minggu ini, yang diperkirakan angkanya akan meningkat menjadi 3,6%. Artinya, inflasi di AS masih cukup tinggi. Sedangkan keinginan pemerintah AS untuk menurunkan suku bunga, angka inflasinya harus mendekati 2%. “Dengan kondisi tersebut membuat dolar akan kembali mengalami penguatan, ditambah ada indikasi bahwa penurunan suku bunga kemungkinan besar presentasinya cukup sedikit,” kata Ibrahim. Ia mengatakan, ketika dolar AS mengalami penguatan, maka akan berdampak terhadap penurunan harga komoditas salah satunya seperti minyak mentah, gas alam, dan batubara. Namun, dia memprediksi merosotnya harga komoditas energi hanya bersifat sementara lantaran konflik geopolitik di Timur Tengah kemungkinan besar akan kembali memanas. “Hal tersebut akan kembali mengangkat harga komoditas energi,” imbuhnya. Lebih lanjut, Ibrahim mengatakan bahwa gas alam bersifat musiman. Permintaan umumnya meningkat di saat mendekati musim dingin. Batubara juga sangat tergantung dari permintaan dari negara konsumen, apakah kelebihan stok atau mengalami peningkatan dalam kebutuhan. “Permintaan yang terus meningkat dari negara-negara importir utama seperti China dan India dapat mendukung kembali kenaikan harga batubara,” kata Sutopo.
Baca Juga: Wall Street Naik Menjelang Pidato Powell, Saham Meme Naik Daun Lagi Ibrahim pun memprediksi harga batubara akan diperdagangkan pada level US$ 149 per ton pada akhir kuartal ini, dan US$ 160 per ton untuk akhir tahun 2024.
Sedangkan untuk harga minyak mentah WTI akan berada di level US$ 82 per barel pada akhir kuartal kedua ini, dan pada akhir tahun 2024, diperkirakan akan diperdagangkan di level US$ 90 per barel. Sementara itu, untuk harga minyak Brent diprediksi harganya akan mencapai US$ 83 - US$ 90 per barel pada kuartal kedua 2024. Kemudian, pada akhir tahun, harganya diperkirakan akan berada di level US$ 85 per barel-US$ 95 per barel. Kemudian, untuk gas alam harganya diperkirakan akan berada di US$ 2,4 per MMBtu pada kuartal kedua, dan pada akhir tahun harganya diprediksi mencapai US$ 4,00 per MMBtu Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati