KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan pada harga komoditas energi, salah satunya minyak bumi dinilai terjadi karena OPEC berpotensi kembali memperpanjang pemangkasan produksi, hingga kuartal II-2024. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman April 2024 berada di level US$ 79,97 per barel pada perdagangan Jumat (1/3). Harga ini naik 1,71% dari harga perdagangan di hari sebelumnya. Adapun harga batubara ICE Newcastle berada di level US$ 136 per ton pada perdagangan Jumat (1/3). Harga ini pun naik 3,75% dari harga perdagangan di hari sebelumnya.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengatakan, salah satu faktor faktor yang membuat volatilitas sektor komoditas akhir-akhir ini adalah terjadinya normalisasi harga komoditas akibat
supply dan
demand yang sudah mulai lancar.
Baca Juga: Ini Emiten dengan Pendapatan di Atas Rp 100 Triliun, Intip Rekomendasi Sahamnya "Kami menilai ini menjadi salah satu faktor tinggi terjadinya volatilitas komoditas akhir-akhir ini," kata Khaer kepada Kontan.co.id, Senin (4/3). Selain itu, konflik di timur tengah, baik itu Israel-Palestina atau Rusia-Ukraina juga masih menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan harga komoditas energi. Khaer menilai saham-saham energi khususnya yang bergerak di bidang energi baru terbarukan (EBT) memiliki prospek yang cukup menjanjikan, apalagi ditopang oleh kebijakan pemerintah yang sedang gencar mencanangkan
net zero emission. "Investor maupun calon
shareholders di sektor ini tetap perlu melihat sisi fundamental perusahaan serta melihat apakah kenaikan pada komoditas tersebut merupakan hal yang bersifat sementara atau tidak," lanjutnya. Praktisi pasar modal dan
Co-founder PasaRDana Hans Kwee menambahkan, selain pemotongan produksi yang dilakukan oleh OPEC, kenaikan harga minyak juga disebabkan oleh kondisi geopolitik di timur tengah yang masih tidak stabil dan potensi penurunan suku bunga The Fed di pertengahan tahun ini. "Penekan harga datang dari melambatnya ekonomi China dan Eropa, dan potensi gencatan senjata di Palestina," kata Hans kepada Kontan.co.id, Senin (4/3). Adapun kenaikan harga batu bara naik terjadi karena adanya kemungkinan ekspor batu bara ke India yang terganggu, sehingga saat ini terjadi permintaan atau
demand dari India.
Baca Juga: Laba dan Pendapatan JSMR Kompak Naik Tahun Lalu, Begini Rekomendasi Sahamnya Hans masih merekomendasikan
speculative buy terhadap saham-saham di sektor energi minyak dan batubara, karena menurutnya, kenaikan harga komoditas ini hanya bersifat sementara saja. Hans merekomendasikan
speculative buy terhadap beberapa saham, yaitu RUIS, MEDC, ENRG, ESSA, APEX, AKRA, dan BIPI. Kemudian pada saham batu bara, ia merekomendasikan saham ADRO, PTBA, ITMG, BYAN, DSSA, dan GEMS.
Sementara Khaer merekomendasikan
trading buy pada saham UNTR dengan target harga Rp 24.700 per saham dan
trading buy pada saham INCO dengan target harga Rp 4.680 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi