Harga komoditas energi naik, sejumlah emiten semen pertimbangkan menaikkan harga jual



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten semen mempertimbangkan rencana untuk menaikkan harga jual produknya. Hal ini dilakukan guna mengantisipasi penurunan margin akibat kenaikan harga batubara yang menjadi komponen biaya bahan bakar.

Sekretaris Perusahaan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) Doddy Irawan mengatakan, pihaknya membuka peluang untuk menaikkan harga jual. Namun, selain mempertimbangkan kenaikan harga batubara, menurut Doddy rencana kenaikan harga jual tentunya juga harus memperhatikan kondisi pasar dan persaingan di suatu wilayah.

Doddy membenarkan, kenaikan harga batubara tentu berdampak pada beban pokok SMBR, karena batubara merupakan salah satu komponen terbesar dalam struktur biaya  SMBR.


Sebagai gambaran, per semester I-2021, SMBR menanggung biaya bahan bakar dan listrik senilai Rp 139,35 miliar, atau naik 7,12% dari periode tahun lalu sebesar Rp 130,08 miliar. Perbandingan, beban bahan bakar dan listrik menjadi komponen terbesar dalam beban pokok penjualan, yakni mencapai 34,20% dari keseluruhan.

SMBR telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi kenaikan harga komoditas energi. Emiten pelat merah ini mengoptimalkan penggunaan batubara berkalori rendah dari sumber yang paling ekonomis. Selain itu, SMBR juga memperbanyak rekanan vendor penyuplai batubara.

Baca Juga: Penjualan Indocement (INTP) tumbuh 7% per Agustus, simak rekomendsi sahamnya

“Kami juga mengoptimalkan penggunaan limbah B3 sebagai bahan substitusi energi/bahan bakar,” terang Doddy kepada Kontan.co.id, baru-baru ini.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocemet Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) Antonius Marcos menyebut, kenaikan harga komoditas energi tentunya akan berdampak pada ongkos produksi semen, terutama di segmen biaya energi.

Komponen biaya energi di dalam biaya produksi semen adalah berkisar antara 40%-45%, sehingga kenaikan harga batubara dan minyak akan berdampak signifikan terhadap biaya produksi semen. Selain biaya energi, Marcos menyebut biaya pengepakan juga mengalami kenaikan akibat kenaikan harga beli kraft paper. Hal ini terjadi akibat adanya kelangkaan stok kraft paper di pasaran.

Untuk itu, INTP sedang melakukan penjajakan untuk mulai akan menaikkan harga jual semen miliknya. “Mau tidak mau kami perlu untuk melakukan hal tersebut agar margin kami tidak tergerus. Untuk waktunya kami belum menentukan, kami masih akan melihat perkembangan pasar,” terang Marcos saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (26/9).

Marcos membeberkan, kenaikan harga ini bisa dilakukan di segmen semen  premium dan bisa juga di segmen non premium. Rencana ini juga masih dikaji oleh INTP. “Kami perlu lakukan untuk menjaga margin kami,” jelas dia.

Analis RHB Sekuritas Indonesia Ryan Santoso bilang, terdapat risiko penurunan margin emiten semen yang disebabkan oleh kenaikan harga batubara. Namun, naiknya biaya tersebut bisa diturunkan ke pembeli dengan cara menaikkan harga jual.

“Mau tidak mau emiten tetap harus menaikkan harga jual, karena peningkatan production cost yang disebabkan tingginya harga batubara sekarang,” terang Ryan kepada Kontan.co.id, Minggu (26/9).

RHB Sekuritas melihat kenaikan harga batubara ini akan lebih memberatkan pemain kecil (smaller) players di sektor semen. Sebab, produksi pemain besar seperti INTP dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dinilai sudah lebih effisien dibanding perusahaan semen berskala kecil.

Untuk INTP, Ryan menyebut produsen semen Tiga Roda ini terus meningkatkan utilisasi dari energi alternatif, dimana ini bisa memitigasi sebagian risiko dari kenaikan harga batubara. Tercatat, INTP saat ini sedang menyelesaian proyek fasilitas penerimaan refuse-derived fuel (RDF) di Citeureup. Fasilitas RDF ini nantinya akan mengolah limbah menjadi bahan bakar.

Selanjutnya: Kondisi ekonomi membaik, saham-saham siklikal ini bisa dilirik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi