Harga Komoditas Energi Tertekan pada Januari 2023, Simak Prospek Hingga Akhir Tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas energi, yakni gas alam dan batubara cenderung turun pada bulan Januari 2023. Sementara itu, harga minyak mentah bergerak variatif.

Berdasarkan data tradingeconomics.com, harga minyak mentah sempat naik ke level US$ 82,5 per barel namun turun ke sekitar US$ 73,4 per barel pada akhir bulan lalu. Kemudian, harga gas alam turun dari US$ 4,09 per MMBtu menjadi US$ 2,69 per MMBtu dan harga batubara kontrak pengiriman Maret 2023 merosot ke US$ 240 per ton dari US$ 340 per ton.

Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, harga gas alam dan batubara memang cenderung tertekan akibat permintaan yang lebih rendah karena musim dingin yang lebih hangat. Impor batubara Eropa pada Januari 2023 diperkirakan turun hampir 30% dari tahun sebelumnya dan lebih rendah 23% dibanding Desember 2022.


Harga gas merosot karena adanya ekspektasi bahwa fasilitas ekspor LNG Freeport di Texas akan memulai kembali produksinya dalam beberapa pekan lagi. Fasilitas ini akan memproduksi LNG dalam jumlah yang signifikan sehingga pasokan diprediksi makin bertambah.

Baca Juga: Harga Nikel Melemah, Begini Prospeknya di Tahun 2023

Sementara itu, harga minyak mentah berada di level equilibrium yang ideal. Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) memutuskan untuk mempertahankan produksi. Namun, pada Januari 2023, produksi OPEC masih kurang dengan total 920 ribu barel lebih rendah dari target, menyusul kekurangan 780 ribu barel pada Desember 2022.

Untuk ke depannya, Lukman melihat prospek harga komoditas energi masih dipenuhi ketidakpastian dari sisi permintaan. Potensi perlambatan ekonomi global kemungkinan akan membuat permintaan energi menurun.

Di sisi lain, pembukaan kembali ekonomi China diharapkan akan meningkatkan permintaan. "Namun masih sulit untuk memprediksi dengan tepat berapa banyak permintaan batubara akan meningkat karena hal itu bergantung pada berbagai faktor seperti seberapa cepat aktivitas akan pulih," tutur Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (5/2).

Meskipun begitu, permintaan batubara China akan terus memainkan peran penting dalam pada permintaan energi global. Pasalnya, negara tersebut masih sangat bergantung pada pembangkit listrik tenaga batubara untuk memenuhi kebutuhan energinya.

Sementara itu, harga gas alam diperkirakan sulit untuk rebound. Pasalnya, pasar mencatatkan kelebihan pasokan terutama akibatĀ  produksi di Amerika Serikat yang terus mencatatkan rekor. "Aplikasi energi terbarukan yang semakin meluas juga akan menekan harga energi fosil," ucap Lukman.

Lukman memperkirakan, harga minyak mentah akan berkisar di US$ 70-US$ 85 per barel pada sisa 2023. Perkiraan harga ini dengan asumsi permintaan dan pasokan saat ini berada di titik ideal. Menurutnya, harga minyak sangat sulit untuk melambung lebih tinggi maupun turun tajam.

Kemudian, harga gas alam sudah mendekati support terendah dan akan bertahan di atas US$ 2-US$ 3 per MMBtu. Kelebihan pasokan gas alam saat ini merupakan antisipasi adanya lonjakan permintaan dari Eropa ketika Rusia menutup aliran gas.

Menurutnya, pasokan akan kembali turun seiring menurunnya permintaan sehingga bakal tetap menopang harga gas alam. Untuk batubara, Lukman memperkirakan harganya di sisa 2023 ini akan berada di rentang US$ 200-US$ 250 per ton.

Baca Juga: Harga Minyak Menuju Pelemahan Mingguan di Tengah Tanda Pemulihan China

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat