Harga komoditas logam industri diproyeksikan kompak menguat di akhir tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas logam industri diprediksi akan kompak mengalami penguatan pada akhir tahun ini. Kenaikan harga tembaga merupakan pertanda baik untuk seluruh komoditas lainnya. 

Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan, ini disebabkan setiap permintaan tembaga meningkat dan harganya merangkak naik, komoditas logam industri lainnya punya kecenderungan untuk mengikuti. Oleh sebab itu, logam industri akan dinaungi tren positif ke depan.

Secara fundamental, masing-masing komoditas pun sebenarnya sudah dinaungi sentimen positif. Timah misalnya. Komoditas ini bisa dibilang justru diuntungkan oleh adanya pandemi virus corona saat ini.


Pasalnya saat pandemi kebutuhan akan barang elektronik semakin besar terkait WFH dan lockdown, terutama dari China sehingga permintaan terhadap timah meningkat drastis. Sementara akibat pandemi, justru menekan produksi karena tambang timah banyak yang tutup atau dikurangi produksinya,” jelas Wahyu kepada Kontan.co.id, Minggu (6/9).

Baca Juga: Sentimen pemulihan ekonomi dorong penguatan harga komoditas logam industri

Lebih lanjut, Wahyu mengatakan, saat ini China sedang mencari sumber pasokan timah baru seiring produksi Myanmar, Peru, dan Indonesia yang terus menurun. Hal ini disebut Wahyu berkonsekuensi kepada ancaman defisit. Dus, membuat harga timah berpotensi terus naik secara bertahap dan outperform logam industri lainnya.

Wahyu memperkirakan harga timah berpotensi terus bergerak naik hingga US$ 19.000 per metrik ton, bahkan bisa saja menguji US$ 21.000 per metrik ton.

Kabar baik juga tengah menyelimuti komoditas nikel. Wahyu mengatakan saat ini outlook nikel terlihat seimbang seiring suplai nikel yang juga rendah di tengah permintaan yang terbatas. Prospek nikel pun disebut pada sisa tahun ini akan sedikit lebih baik dibanding semester sebelumnya. 

“Terlebih, secara jangka panjang, prospek nikel masih akan cukup cerah mengingat permintaan akan kendaraan listrik masih akan terus meninggi selepas pandemi virus corona. Ini yang membuat ruang kenaikan harga nikel masih terbuka pada semester kedua, level US$ 16.000 - US$ 17.000 per metrik ton sangat terbuka hingga akhir tahun,” tambah Wahyu.

Baca Juga: Fundamental membaik, tren positif harga tembaga akan berlanjut

Sedangkan untuk aluminium, Wahyu menyebut komoditas ini akan diuntungkan dengan tren positif harga minyak dunia. Sementara permintaan sudah mulai membaik seiring kembali normalnya aktivitas ekonomi.

“Aluminium itu sangat berkaitan erat dengan minyak dunia, sehingga kenaikan harga minyak akan membuat harga aluminium ikut bergerak naik. Dengan level harga minyak dunia saat ini, aluminium akan menguji resistance terkuatnya saat ini, di US$ 1.828 per metrik ton,” pungkas Wahyu.

Selanjutnya: Masih punya potensi 2 miliar ton bijih, begini kata bos Freeport Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati