Harga Komoditas Masih Akan Solid, Simak Rekomendasi Saham Emiten Tambang Logam Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komoditas tambang logam menjadi salah satu komoditas primadona di sepanjang 2022. Salah satu komoditas logam yang diproyeksi masih punya taji sampai akhir tahun adalah nikel.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Olivia Laura Anggita menilai, sektor komoditas merupakan salah satu sektor yang cukup tangguh di tengah era inflasi dan kenaikan suku bunga saat ini. Dia meyakini harga nikel akan tetap tinggi pada tahun 2022 yang diproyeksikan berada di rentang US$ 23.600 per ton. Sementara di tahun depan harga nikel berada di level US$ 23.000 per ton.

Hal ini tentunya akan menguntungkan Indonesia, yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, yakni 21 juta metrik ton. Selain itu, Indonesia juga merupakan pemasok nikel terbesar di dunia dengan angka produksi 1 juta ton nikel per tahun.

Olivia memperkirakan, industri baja anti karat alias stainless steel masih akan menjadi pendorong utama permintaan nikel untuk beberapa waktu ke depan. Selain stainless steel, industri lain yang berpotensi mendongkrak permintaan nikel adalah industri baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Pada 2030, industri baterai EV diproyeksikan menyerap 1,1 juta MT nikel, lebih dari lima kali lipat angka saat ini yang hanya 200.000 MT.

Baca Juga: Harga Saham ANTM Mendaki Semester II 2022, Hari Ini (26/9) Pilih Jual atau Beli?

Di sisi lain, harga komoditas timah mulai melemah. Sebelumnya, harga komoditas logam ini melesat menyentuh rekor harga tertingginya sebesar US$ 47.540 per ton di bulan Maret 2022, setelah Rusia melakukan invasi ke Ukraina di akhir Februari 2022.

Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo menilai, penurunan harga timah ini seiring melemahnya permintaan dan pengetatan kondisi moneter global. Hal ini menutupi sentimen hambatan yang datang dari sisi penawaran, seperti rendahnya persediaan dan berkurangnya produksi di paruh pertama 2022

Thomas melihat, rintangan yang dihadapi komoditas timah akan berlanjut pada semester kedua 2022. Meskipun kebijakan pelonggaran lockdown di China dan potensi stimulus dari China itu akan meningkatkan permintaan timah dan mendukung harga timah dalam jangka menengah. Hanya saja, Thomas melihat banyak pemain timah di Amerika Selatan dan Afrika  yang mulai berproduksi.

Hal ini meningkatkan pasokan timah dalam jangka pendek dan mengangkat persediaan timah di London Metal Exchange (LME) sebesar 130% menjadi 4,6 juta ton dari titik terendah di bulan April 2022 sebesar 2,0 juta ton.

“Oleh karena itu, kami menurunkan harga patokan timah untuk 2022-2023 masing-masing sebesar 3,2% dan 3,1% menjadi US$ 31.500 per ton dan US$ 32.000 per ton,” tulis Thomas dalam riset, Kamis (8/9)

Menurunnya proyeksi harga timah juga bermuara pada menurunnya proyeksi kinerja PT Timah Tbk (TINS). Setelah merevisi turun patokan harga timah LME, Ciptadana Sekuritas memangkas proyeksi laba bersih TINS untuk tahun 2022 dan 2023 masing-masing sebesar 16,9% dan 16,6% menjadi Rp 1,7 triliun dan Rp 1,8 triliun.

Pun demikian dengan harga emas. Selama bulan Maret,  harga logam mulia ini sempat mengalami penguatan, dipicu oleh perang Ukraina. Ini karena investor mencari instrumen hedging di tengah meningkatnya ketidakpastian geopolitik.

Thomas menilai, meskipun kenaikan suku bunga dapat menciptakan hambatan bagi harga emas dalam jangka pendek, namun risiko geopolitik dan kemungkinan stagflasi ekonomi kemungkinan besar akan mendukung harga emas untuk tetap solid.  Proyeksi dia, harga rata-rata emas berada di kisaran US$ 1.800 per oz pada 2022 dan 2023

Saat ini,  Olivia menyematkan outlook netral terhadap sektor pertambangan logam nikel. Meskipun dia memperkirakan harga nikel masih akan lebih tinggi dari angka rata-rata lima tahunnya, Olivia menyebut ada risiko penurunan harga jika suplai dari Rusia kembali masuk ke pasar. Potensi penurunan harga juga bisa terjadi jika Indonesia kembali mengekspor bijih nikel apabila Indonesia kalah dari Uni Eropa (UE) dalam sengketa terkait larangan ekspor bijih nikel.

“Namun, kami masih cukup optimis dengan prospek perusahaan pertambangan nikel karena kami tetap yakin bahwa permintaan baterai EV dan Nickel-manganese-cobalt (NMC akan melonjak di masa depan,” terang Olivia, Jumat (23/9).

Pilihan utama di sektor nikel menurut Samuel Sekuritas Indonesia adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Ini karena lini produk ANTM yang lebih beragam dan paparan langsung terhadap pengembangan ekosistem baterai EV Indonesia.  Samuel Sekuritas Indonesia merekomendasikan beli saham ANTM dengan target harga Rp 2.500

Sementara itu, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) lebih sensitif terhadap fluktuasi harga nikel, karena posisinya sebagai pemain nikel murni. Untuk INCO, Samuel Sekuritas merekomendasikan beli dengan target harga Rp 8.000 per saham.

Untuk PT Harum Energy Tbk (HRUM), seiring dengan transformasinya menjadi perusahaan pertambangan nikel, Olivia memproyeksikan nikel akan menyumbang 26% dari pendapatannya di 2023. Samuel Sekuritas merekomendasikan beli saham HRUM dengan target harga Rp 2.600 per saham.

Ciptadana Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham TINS namun dengan target harga yang lebih rendah, yakni sebesar Rp 2.300 per saham dari sebelumnya Rp 2.800 per saham. Ciptadana Sekuritas juga merekomendasikan beli saham ANTM dengan target harga yang lebih rendah, yakni Rp 2.300 dari sebelumnya Rp 3.600 per saham.

Baca Juga: Proyek Smelter Ausmelt Furnace PT Timah (TINS) Ditargetkan Rampung November 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat