Kalangan pebisnis di bidang komoditas pertanian dan tambang rupanya mengalami sedikit kekhawatiran memasuki tahun 2011 ini. Pasalnya, menurut ramalan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisik (BMG) curah hujan yang telah berlangsung sepanjang 2010 masih akan terus berlangsung hingga tahun depan. Bahkan tidak mustahil curah hujan yang tinggi akan terjadi hingga Februari, Maret atau Mei 2011. Bila benar itu terjadi, bisnis komoditas pertanian, perkebunan bahkan tambang, kemungkinan besar akan terkena dampak negatifnya. Betapa tidak. Lihat saja tahun ini. Produksi tambang timah menurun gara-gara penambangan timah, terutama yang di laut terganggu. Aktifitas penambangan batu bara juga terganggu. Sementara di sektor pertanian, produksi gabah, biji kakao, karet, bawang bahkan juga buah-buahan terganggu gara-gara hujan yang berlebihan.
Maka, tidak aneh, kalau para eksportir kakao misalnya, sudah mulai hitung-hitungan mengenai harga tahun depan. Mereka mengkalkulasi bagaimana kira-kira produksi, pasokan dan harga-harga di tahun yang akan datang ini. "Saya tidak melihat di semester I tahun depan akan ada panen raya kakao, kalau hujan terus. Apalgi, menurut ramalan BMG puncak curah hujan di Februari, Maret dan April," kata Zulhefi Sikumbang, Sekretaris Jenderal Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo). Karena itu, tidak mustahil produksi kakao di 2011 hanya akan mencapai 500.000 ton. Angka itu lebih rendah dari tahun ini yang berkisar 550.000 ton. Namun, di sektor karet, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Suharto Honggokusumo melihat, meski perubahan cuaca memberikan pengaruh pada produktivitas tanaman karet, produksi karet alam Indonesia tampaknya masih kinclong. Bahkan, sejelek-jeleknya, produksi karet tahun depan bisa tumbuh 8% dari produksi tahun ini yang diperkirakan mencapai 2,8 juta ton. Alhasil, "Kinerja ekspornya juga cukup baik," kata Suharto. Karet termasuk komoditas ekspor yang penting. Selain karet, komoditas lain yang menjadi andalan meraup devisa ekspor adalah batubara dan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Laporan Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebutkan, komoditas karet, batubara, serta CPO ini memberi kontribusi terbesar terhadap kenaikan nilai ekspor Indonesia sepanjang tahun ini. Seperti kita ketahui, ekspor Indonesia selama tiga kuartal 2010 mengalami kenaikan 32,21% dibanding periode sama 2009. Sementara data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekspor tertinggi disematkan kepada karet yang tumbuh 94%, setelah itu CPO dengan pertumbuhan 33%. Sedangkan batubara pada kelompok ekspor bahan bahan bakar mineral tumbuh 32,81%. Dari segi volume, pertumbuhan kinerja ketiga komoditas ini juga cukup baik. Masing-masing mencatat pertumbuhan karet (15,3%), CPO (1,35%) dan batubara (30%). "Ekspor karet mengalami pertumbuhan sangat tinggi karena dipengaruhi oleh naiknya harga internasional," kata Mari Elka Pangestu dalam laporan kinerja perdagangan awal Desember 2010 lalu. Tak hanya karet, harga CPO juga diprediksi makin bersinar di 2011 nanti. Bahkan, harga CPO yang cenderung naik tahun ini berpeluang terus berlanjut sampai tahun depan. Kenaikan harga ini dipengaruhi oleh tingginya permintaan terhadap komoditas tersebut. Sebelumnya, Mari Elka Pangestu mengatakan, kebutuhan CPO dunia dalam lima hingga 10 tahun terakhir meningkat. "Permintaan CPO masih akan kuat hingga lima tahun ke depan," kata Mari. Merujuk data yang dilansir lembaga analis dunia, Oil World, ekspor CPO Indonesia hingga September 2010 mencapai 16,72 juta ton. Jumlah ini setara 77% dari total produksi sebesar 21,7 juta ton. Dari ekspor sebanyak itu, ekspor CPO ke India tahun ini tumbuh 35,5% dengan nilai US$ 2 miliar.
Dalam kurun 2005-2009, ekspor naik 53,9%. Laju ekspor CPO ke Eropa juga melonjak. Negara tujuan ekspor dengan pertumbuhan tertinggi di Eropa adalah Italia yang tumbuh 102% dalam lima tahun terakhir. Disusul Jerman yang tumbuh 45,6% dan Belanda 33%. Komoditas batubara juga tak kalah kinclong. Harga emas hitam ini dipastikan tembus pada level US$ 100 per ton di 2011. Sementara produksinya diprediksi bakal mencapai 340 juta ton pada 2011. Tak heran, Kemendag mematok target ekspor 2011 tembus hingga US$ 165 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini