KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspektasi berlanjutnya penurunan harga komoditas membuat industri alat berat berpotensi lebih menantang pada 2024. Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) memproyeksikan produksi alat berat nasional sebesar 8.000 unit pada 2024. Angka ini lebih rendah 20% dari proyeksi produksi alat berat di Indonesia pada 2023 yang dipatok sebanyak 10.000 unit. "Sektor yang bakal mendominasi permintaan alat berat masih berasal dari pertambangan," kata Ketua Umum Hinabi Jamalludin, Senin (22/1).
Meski kontribusinya besar, permintaan alat berat di sektor pertambangan diperkirakan melambat seiring masih lesunya harga sejumlah komoditas, termasuk batubara dan nikel. Dikutip Trading Economics, harga batubara global telah tergerus 63,53% year on year (YoY) ke level US$ 128 per ton pada Jumat (19/1). Begitu pula dengan harga nikel yang terkoreksi 44,64% YoY ke level US$ 15.799 per ton. Baca Juga:
United Tractors (UNTR) Targetkan Kenaikan Volume Penjualan Emas di Tahun Ini Efek penurunan harga komoditas sebenarnya telah terasa bagi industri alat berat sejak tahun lalu. Hinabi memang belum merilis data produksi alat berat hingga akhir 2023. Namun, dalam catatan KONTAN, produksi alat berat turun 3,16% YoY menjadi 6.248 unit per kuartal III-2023, dari sebelumnya sebesar 6.452 unit. Terlepas dari itu, Jamalludin meyakini persaingan pasar alat berat nasional bakal tetap ketat pada 2024, mengingat banyaknya pemain baru di industri tersebut sejak tahun lalu.
Strategi Bisnis 2024 Sementara itu, PT United Tractors Tbk (
UNTR) belum mengumumkan realisasi penjualan alat berat merek Komatsu hingga akhir 2023. Adapun per November 2023, UNTR telah menjual alat berat merek Komatsu sebanyak 5.061 atau berkurang 7,26% YoY dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni 5.457 unit. Sebanyak 62% penjualan alat berat UNTR per November 2023 berasal dari sektor pertambangan. Kemudian, sektor konstruksi berkontribusi 17% dari total penjualan alat berat UNTR. Perusahaan ini juga menjual alat berat ke sektor industri kehutanan (12%) dan agrobisnis (9%). Corporate Secretary United Tractors Sara K. Loebis menyebut, pihaknya membidik penjualan alat berat sebanyak 4.000 unit. Jumlah ini jelas lebih rendah dibandingkan realisasi penjualan alat berat anak usaha Grup Astra tersebut per November 2023 lalu.
Proyeksi ini dibuat Manajemen UNTR dengan mempertimbangkan harga sejumlah komoditas pertambangan yang berada dalam tren melandai akhir-akhir ini. "Keberadaan Pemilu juga membuat beberapa proyek infrastruktur agak tertunda sehingga berdampak pada permintaan alat berat," kata dia, Senin (22/1). Untuk memaksimalkan penjualan pada tahun ini, UNTR selalu menerapkan solusi manajemen konsumen yang tujuannya memastikan konsumen lama maupun baru mendapat layanan prima dari perusahaan, baik untuk pembelian unit alat berat baru maupun pemeliharaan unit-unit yang sudah ada. Di sisi lain, PT Intraco Penta Tbk (
INTA) tetap optimistis menatap bisnis alat berat pada 2024. Perusahaan tersebut menargetkan pertumbuhan pendapatan 20% sepanjang tahun ini. Manajemen INTA menyadari harga komoditas seperti batubara diprediksi kembali melandai sejak awal 2024 dan baru akan bangkit pada akhir tahun nanti. Belum lagi, Indonesia memasuki tahun politik yang berpotensi mempengaruhi kondisi ekonomi dan birokrasi.
Namun demikian, INTA sudah memiliki strategi besar untuk periode 2023 sampai 2025. Dalam hal ini, INTA memiliki cakupan penjualan alat berat yang luas, baik di sektor pertambangan, agribisnis, minyak dan gas (migas), infrastruktur dan konstruksi, dan lain-lain.
Baca Juga: Intraco Penta (INTA) Bidik Kenaikan Penjualan Alat Berat "Strategi ini merupakan langkah tepat untuk memperkuat usaha serta memperoleh pendapatan secara berkesinambungan," tandas Corporate Secretary Intraco Penta Astri Duhita Sari, Senin (22/1).tr Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari