Harga komoditas melemah, sejumlah emiten batubara masih pasang target optimistis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara yang masih dalam bayang-bayang pelemahan tidak membuat gentar emiten pertambangan batubara. Nyatanya, sejumlah emiten batubara masih keukeuh mempertahankan target produksi.

Head of Corporate Communication PT Indika Energy Tbk (INDY) Ricky Fernando mengatakan, saat ini pihaknya masih memantau perkembangan pasar. Namun, hingga saat ini total target produksi INDY masih sesuai dengan yang telah disetujui pemerintah yakni sebanyak 30,95 juta ton.

“Jumlah ini terbagi atas PT Kideco Jaya Agung 29,65 juta ton dan Multi Tambangjaya Utama 1,3 juta ton,” ujar Ricky kepada Kontan.co.id, Jumat (10/7).


Baca Juga: UU Minerba baru digugat, bagaimana dampaknya ke saham emiten batubara?

Per April 2020, produksi INDY, baik melalui  Kideco maupun Multi Tambangjaya meningkat. Produksi dari Kideco Jaya Agung sebesar 11,5 juta ton batubara, naik 9% secara tahunan. Sementara Multi Tambangjaya berhasil memproduksi 600.000 ton batubara sepanjang empat bulan pertama 2020 atau meningkat 20%.

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga masih optimis terhadap target yang dipasang. Tahun ini, BUMI menargetkan dapat memproduksi 85 juta ton–90 juta ton. “Tidak ada perubahan dalam panduan tahun 2020, yakni pada 85 juta ton-90 juta ton,” ujar Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava, Kamis (9/7)  Adapun  realisasi produksi batubara BUMI untuk periode semester pertama 2020 ada di kisaran 41 juta ton-42 juta ton.

Kontan.co.id mencatat, selain INDY dan BUMI, sejumlah emiten tambang batubara seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga masih mempertahankan target kinerja operasional untuk tahun ini.

Baca Juga: DOID masih mempertahankan target operasional meski kondisi pasar global belum stabil

Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menilai, ketika harga batubara sedang rendah, justru sudah sewajarnya bagi emiten untuk mempertahankan atau meningkatkan produksi atau cadangan (stockpile) untuk menjaga kinerja. Ke depan, Aria memperkirakan permintaan batubara global akan meingkat khususnya memasuki kuartal keempat.

“Khususnya untuk permintaan ekspor ke negara subtropis yang akan menghadapi musim dingin sehingga ada kebutuhan pasokan energi yang lebih besar,” terang Aria kepada Kontan.co.id, Jumat (10/7).

Selain itu, pemulihan bisnis di berbagai bidang juga akan meningkatkan daya serap pasar akan kebutuhan batubara. Apalagi, saat ini  aktivitas ekonomi di sejumlah negara mulai bergeliat kembali.  

Baca Juga: Meski dibayangi harga batubara, analis ini kerek rekomendasi ADRO dari hold ke buy

Pada akhir perdagangan Jumat dinihari, harga batubara New Castle untuk kontrak bulan Agustus 2020 di Indeks ICE  ditutup pada level  US$ 54,55, turun US$ 0,50 atau 0,91% dari penutupan sesi sebelumnya. Jumlah ini masih lebih rendah dibandingkan dengan harga batubara berjangka ICE Newcastle pada penutupan perdagangan 31 Desember 2019,  yang kala itu ditutup di posisi US$ 69,05 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati