Harga Komoditas Metal Melambung, Simak Prospeknya Menurut Pakar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah harga komoditas metal mengalami kenaikan yang positif. Penurunan suku bunga, peningkatan permintaan, hingga konflik geopolitik menjadi pendorongnya.

Lihat saja tembaga yang mencetak all time high (ATH) di level US$ 5,3 per pon pada Rabu (15/5). 

Selain itu, ada pula platinum yang mencatatkan harga tertingginya pada tahun ini dengan berada di atas US$ 1.000 per ons troi.


Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong, menyebutkan kenaikan harga tembaga didorong oleh kekhawatiran masalah suplai dan permintaan yang kuat. 

Sementara platinum mengekori kenaikan harga emas yang disebabkan oleh data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah.

Baca Juga: Harga Minyak Kembali Memanas, Begini Prospek ke Depan

Meski sudah tinggi, ia berpandangan bahwa harga kedua komoditas tersebut masih akan melaju. Namun, untuk platinum diperkirakan kenaikannya akan lebih terbatas.

"Platinum masih perlu bersaing dengan paladium sebagai logam industri yang mana akan dipengaruhi oleh dinamika permintaan kenderaan EV," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (16/5).

Dus, harga platinum pada akhir tahun diperkirakan sebesar US$ 1.100 sampai US$ 1.200 per ton. Sementara Harga tembaga diperkirakan berada direntang US$ 6,5 - US$ 6,8 per pon.

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, sependapat bahwa kedua komoditas tersebut masih berpotensi naik. Terlebih dengan adanya potensi perang dagang, menyusul kebijakan AS mengenai pajak yang lebih tinggi untuk EV produkan China.

Baca Juga: Harga Logam Dasar Turun, Begini Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham Emiten Baja

Selain itu, prospek pertumbuhan ekonomi China sejalan dengan People's Bank of China (PBOC) yang terus menggelontorkan dana berupa stimulus fiskal untuk mendukung pasar properti. 

Kemudian, momentum kenaikan harga komoditas dinilai makin terlihat pasca turunnya inflasi inti AS. "Walaupun belum mendekati 2%, tetapi sudah mengindikasikan perekonomian AS mengalami perbaikan," katanya.

Editor: Noverius Laoli