Harga komoditas naik, nikel bisa jadi pilihan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Optimisme pelaku pasar akan prospek pemulihan ekonomi tahun ini menggiring kenaikan harga komoditas. Komoditas yang terkait dengan energi terbarukan diyakini punya ruang lebih besar untuk naik di tahun ini.

Mengutip Bloomberg, indeks spot komoditas yang meliputi pergerakan 23 harga komoditas menunjukkan kenaikan 1,6% pada Senin (22/2) sekaligus menjadi level tertinggi sejak Maret 2013. Bahkan, indeks tersebut telah naik lebih dari 60% dari level terendah empat tahun pada Maret 2020. 

Kepala Strategi Komoditas TD Securities Bart Melek mengungkapkan kalau saat ini orang-orang yang mengabaikan komoditas mulai mencari posisi. Sedangkan dari JPMorgan Chase &Co menilai harga komoditas tengah memulai super cycle baru dan memperpanjang trennya. 


Sedangkan Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menjelaskan, prospek pemulihan ekonomi di 2021 pasca kekhawatiran akan dampak pandemi Covid-19 di 2020 berhasil mendorong kenaikan harga komoditas. Pasalnya, potensi kenaikan permintaan pasca pandemi yang mulai terkendali, turut mendorong kenaikan harga komoditas. "Masalahnya, apakah demand komoditi masih akan menguat ke depannya?" kata Ariston kepada Kontan.co.id, Rabu (24/2).

Baca Juga: Reli berlanjut, harga tembaga cetak rekor tertinggi dalam 9,5 tahun

Ariston menilai, untuk komoditas yang berhubungan dengan renewable energy atau energi terbarukan, baterai, seperti nikel kemungkinan masih mampu untuk melesat lebih tinggi. Hal tersebut sejalan dengan maraknya upaya global untuk mulai melirik baterai sebagai sumber energi sehingga, tren permintaan nikel diyakini masih akan menanjak. "Saat ini semua komoditas industri mengalami kenaikan, jadi masih bisa masuk ketika harga terkoreksi," ujar Ariston.

Untuk komoditas yang menjadi bahan baku baterai seperti nikel, Ariston melihat peluang harga tahun ini bisa meningkat ke level US$ 21.000 per ton atau setara level tertinggi di 2014. Sedangkan untuk harga minyak mentah west texas intermediate (WTI) berpotensi menuju kisaran resistance US$ 65 per barel hingga US$ 66 per barel hingga akhir tahun ini.

Baca Juga: Antam (ANTM) naikkan volume penjualan bijih nikel, simak rekomendasi sahamnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati