KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten tambang batubara dinilai masih prospektif di tengah naiknya harga komoditas emas hitam ini. Analis Phillip Sekuritas Indonesia Michael Filbery menilai, kenaikan harga batubara saat ini akan menguntungkan semua pebusnis batubara, baik yang berorientasi ekspor seperti PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG), dan yang berorientasi pasar domestik seperti PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) hingga PT Adaro Energy Tbk (
ADRO). “Rata-rata semua pemain akan diuntungkan dari kenaikan harga batubara acuan,” terang Michael, Senin (22/3).
Secara umum, Phillip Sekuritas Indonesia masih merekomendasikan beli (
buy) saham-saham tambang batubara. Michael merekomendasikan
buy PTBA dengan target Rp 3.000, beli ADRO dengan target harga Rp 1.600, dan beli saham ITMG dengan target harga Rp 14.500. Selain karena prospek batubara yang cerah, daya tarik lainnya adalah ketiga saham ini juga masuk dalam indeks IDX high div 20, yang merupakan indeks dengan konstituen paling loyal dalam membagikan dividen. Michael mengatakan, pelaku bisa mempertimbangkan untuk masuk ke saham-saham ini menjelang pembayaran dividennya. “Sentimen positif dari harga batubara menjadi semakin menarik dengan potensi pembagian dividen dari saham-saham ini,” tandas dia.
Baca Juga: Harga batubara sedang tinggi, berikut rekomendasi saham Adaro Energy (ADRO) Analis BRIDanareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri mengatakan, per Juli 2021, perjanjian kontraktor pertambangan antara ADRO dengan Pamapersada, anak usaha PT United Tractors Tbk (UNTR) akan berakhir. Kontrak dengan Pama ini akan digantikan dengan PT Bukit Makmur Mandiri Utama (Buma), anak usaha PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) dan menggunakan kontraktor internal di bawah anak perusahaan ADRO, yakni Saptaindra Sejati (SIS). Stefanus menilai, pergantian ini akan membuat ADRO lebih kompetitif dalam segi biaya. Sebab, di areal kontraktor penambangan eksPama, SIS akan melakukan mayoritas pengangkutan batubara dengan pemindahan lapisan atau overburden (OB) sekitar 75%-80%. Sisanya, yakni 20%-25% akan dilakukan oleh Buma. Di sisi lain, penjualan batubara kokas (
coking coal) lewat Adaro MetCoal (AMC) diperkirakan menjadi penggerak pertumbuhan kinerja di masa depan. Sementara untuk PTBA, Stefanus menilai harga batubara yang solid akan meningkatkan pendapatan PTBA pada tahun ini. BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan harga jual rerata atau
average selling price (ASP) batubara PTBA yang lebih baik pada kuartal pertama 2021. Adapun ASP Bukit Asam tahun lalu sebesar Rp 653.500 per ton, turun 15,1% secara tahunan. Sementara ASP tahun ini diperkirakan naik menjadi Rp 736.470 per ton.
Prospek PTBA juga dinilai menarik karena diversifikasi bisnisnya ke pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mulut tambang dan gasifikasi batubara yang akan meningkatkan produksi batubara PTBA. “Batubara akan dipasok oleh perusahaan (PTBA) untuk kedua proyek tersebut,” tulis Stefanus dalam riset, Senin (15/3). Stefanus merekomendasikan beli saham ADRO dengan target harga Rp 1.600 dan beli saham PTBA dengan target harga Rp 3.600.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi