Harga komoditas naik tersuntik Fed



JAKARTA. Kebijakan bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed) untuk menahan bunga tetap rendah menyuntikkan angin segar bagi harga komoditas. Harga semua komoditas utama, Kamis (26/1), mulai dari minyak, emas, dan logam dasar, seketika, menanjak.

“Sebagian besar pergerakan harga terdorong oleh pengumuman the Fed," kata Tetsu Emori, fund manager komoditas di Astmax Ltd. Tokyo kepada Bloomberg. Dengan menahan bunga rendah di sekitar 0% sampai dengan 2014, pasar melihat kebijakan ini bisa menjadi bahan bakar bagi ekonomi Amerika Serikat. Dengan begitu, mereka berharap permintaan akan minyak ikut naik.

Kontrak pengiriman minyak mentah jenis light sweet untuk Maret 2012, kemarin, sempat melejit hingga US$ 100,30 per barrel di bursa New York Mercantile Exchange. Memang, harga akhirnya melandai menjadi US$ 100,14 per barel. Namun tetap saja, harga itu lebih tinggi 0,74% daripada harga di hari sebelumnya.


Begitu juga dengan emas yang melambung ke harga tertingginya sejak pertengahan Desember, US$ 1.713,59. Pada perdagangan sore, harga emas US$ 1.708, masih naik 0,46% dari harga kemarin.

Harga sudah ketinggian

Namun, analis berpendapat bahwa penguatan berkat langkah The Fed ini hanya sesaat. Kepada Bloomberg, ahli komoditas Societe Generale SA Hong Kong Jeremy Friesen mengatakan, pemodal akan kembali merisaukan krisis Eropa, yang diprediksi melambat di pertengahan tahun.

Saat kerisauan itu muncul kembali, akan terjadi koreksi. Ia memperkirakan minyak berkisar US$100 per barel di bulan-bulan mendatang.

Analis Harvest Investindo Futures Ibrahim juga berkomentar mirip. "Masalah Eropa masih menjadi isu sentral bagi harga emas," ujar dia. Kini, emas bisa menguat lantaran pasar melihat perubahan bahwa The Fed menahan bunga sampai 2014. Sebelumnya, kebijakan bunga rendah hanya sampai tahun 2013.

Penguatan emas dan komoditas lainnya di sepanjang Januari ini juga lantaran data-data dari China dan India yang positif. Ada pula permintaan yang tinggi mulai dari Imlek hingga musim kawin di India.

Ibrahim memprediksi koreksi harga emas akan terjadi minggu depan sampai Februari. "Harga emas sudah terlalu tinggi. level resistance emas di jangka pendek ini US$ 1.716,26 dan sudah hampir tembus," tutur dia.

Harga minyak pun rawan koreksi ke arah US$ 97,80 per barel. Kata Ibrahim, harga minyak sudah terlalu tinggi untuk kategori harga di masa krisis. "Harga wajarnya itu US$ 85-US$ 100 per barel," tuturnya. Tapi harga ini belum memfaktorkan isu geopolitik yakni konflik Nigeria dan reaksi Iran atas embargo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: