Harga Komoditas Terbang Sebulan Terakhir, Simak Rekomendasi Saham Emitennya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga sejumlah emiten komoditas tercatat mengalami kenaikan pesat dalam sebulan terakhir. Kenaikan harga komoditas itu pun bisa menjadi katalis untuk kinerja para emiten komoditas di sisa tahun 2024.

Melansir Trading Economics, harga minyak bumi naik 12,25% dalam sebulan ke US$ 73,164 per barel. Harga gas alam juga melesat 21,29% ke US$ 2,70 per MMBtu. Harga batubara pun tercatat naik 6,46% ke US$ 150 per ton.

Dari komoditas logam, harga emas naik 3,97% dalam sebulan ke US$ 2.621,27 per troi ons dan nikel naik 11,67% ke US$ 17.597 per ton.


Sementara, harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) naik 10,25% dalam sebulan terakhir ke MYR 4.302 per ton.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo melihat, kenaikan sejumlah harga komoditas global pada beberapa pekan terakhir salah satunya diakibatkan kenaikan tensi geopolitik di Timur Tengah.

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham BBRI, INDF, EMTK untuk Perdaganagan Kamis (10/10)

Selain itu, kebijakan Pemerintah China yang baru-baru ini menggelontorkan insentif yang cukup besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi juga berimbas pada kenaikan harga beberapa komoditas.

Sentimen ini pun bisa berdampak pada kenaikan nilai jual rata-rata alias average selling price (ASP) dari para emiten komoditas yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).

“Dengan adanya sentimen ini, biasanya juga emiten akan cenderung meningkatkan volume produksi, yang mana bisa berefek ke margin profitabilitas yang lebih kompetitif,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (9/10).

Menurut Azis, emiten-emiten komoditas yang fokus pada segmen emas dan batubara mempunyai prospek yang cukup menarik di semester II 2024. Hal itu juga ditambah dengan adanya kenaikan harga komoditas pada periode yang bisa semakin meningkatkan potensi kinerja yang lebih menarik di kuartal III dan kuartal IV tahun ini.

Selain itu, sektor batubara juga masih berpotensi terdorong oleh kenaikan permintaan dari China dan kenaikan permintaan dari masuknya fase musim dingin.

“Tensi geopolitik di Timur Tengah akan berdampak pada kenaikan nilai emas global,” paparnya.

Azis pun merekomendasikan trading buy untuk ANTM, PTBA, dan MDKA dengan target harga masing-masing Rp 1.545 per saham, Rp 3.120 per saham, dan Rp 2.640 per saham.

 
PTBA Chart by TradingView

Head of Investment Nawasena Abhipraya Investama Kiswoyo Adi Joe melihat, kenaikan harga komoditas tentu akan diiringi oleh peningkatan pendapatan para emiten. Namun, kenaikan signifikan mungkin tidak akan terjadi pada emiten batubara.

“Penjualan (ASP) batubarata biasanya sudah ditentukan dalam kontrak jual beli sebelumnya. Jadi, tidak terpengaruh oleh fluktuasi harga batubara global,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (9/10).

Menurut Kiswoyo, menjulangnya harga komoditas disebabkan oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Kenaikan harga komoditas akan terus berlangsung setidaknya sampai hari Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) di bulan November.

Jika Donald Trump berhasil memenangkan Pilpres AS kali ini, kemungkinan besar harga batubara makin melambung tinggi. Sebab, sang calon presiden dari Partai Republik itu adalah pendukung penggunaan batubara.

“Permintaan untuk batubara juga masih akan tinggi di musim dingin. Untuk CPO, permintaannya juga masih tinggi hingga akhir tahun,” ungkapnya.

Alhasil, emiten batubara dan emiten CPO kemungkinan akan berkinerja lebih baik hingga akhir tahun di antara emiten komoditas lainnya.

Sementara, emiten emas kemungkinan akan tersendat kinerjanya hingga akhir tahun 2024 akibat penurunan permintaan emas di tengah kenaikan harga komoditas yang lain secara kompak.

“Emas itu bisa bagus lagi kinerjanya kalau perang di Timur Tengah cepat selesai,” tuturnya.

Kiswoyo pun merekomendasikan beli untuk AALI, ADRO, ITMG, PTBA, dan KKGI dengan target harga masing-masing Rp 7.000 per saham, Rp 4.000 per saham, Rp 28.000 per saham, Rp 3.200 per saham, dan Rp 750 per saham.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta Utama melihat, kenaikan harga komoditas global disebabkan oleh eskalasi tensi geopolitik di Timur Tengah yang menyebabkan disrupsi rantai suplai.

Dengan mulai masuknya musim dingin, permintaan batubara juga akan meningkat, khususnya dari negara-negara Eropa. Dari China, sentimen pendorong harga batubara adalah adanya stimulus pemerintah China untuk meningkatkan perekonomiannya, sehingga meningkatkan permintaan atas batubara.

Baca Juga: Reli Bursa China Terhenti Rabu (9/10), Saat Investor Menunggu Stimulus Lebih Lanjut

“Adanya La Nina juga mempengaruhi produksi CPO dan volume produksi batubara. Sementara, kenaikan harga nikel dipengaruhi oleh permintaan tinggi untuk kendaraan listrik,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (9/10).

Batubara saat ini masih menjadi sumber energi utama yang harganya juga masih murah. Alhasil, kinerja emiten batubara bisa lebih solid hingga akhir tahun 2024.

“Ini juga lantaran transaksinya masih menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) serta tingkat produksi dan volume ekspor para emiten yang masih tinggi,” paparnya.

Nafan pun merekomendasikan add untuk MDKA, MEDC, ELSA, PTBA, dan ANTM dengan target harga terdekat masing-masing Rp 2.780 per saham, Rp 1.495 per saham, Rp 545 per saham, Rp 3.180 per saham, dan Rp 1.620 per saham.

Rekomendasi buy on weakness diberikan untuk INDY dan LSIP dengan target harga terdekat masing-masing Rp 1.825 per saham dan Rp 1.080 per saham.

Accumulative buy direkomendasikan untuk PGAS dan AALI dengan target harga terdekat masing-masing Rp 1.550 per saham dan Rp 6.725 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari