Harga komoditas turun, Pengamat: Ruang kenaikan NPL masih terbuka



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) perbankan terpantau membaik secara industri. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat posisi NPL per Juni 2019 ada di level 2,5%, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya 2,67%. Meski begitu, pengamat menilai ruang kenaikan NPL masih terbuka.

Dalam keterangan resminya, OJK mengklaim posisi NPL di semester I-2019 merupakan yang terendah dalam lima tahun terakhir.

Peneliti Bidang Makroekonomi dan Keuangan Indef Abdul Manap menilai posisi NPL Indonesia sejauh memang relatif stabil. Namun, bukan berarti posisi tersebut sudah berada di level puncak.


Baca Juga: Bank Mandiri raup pendapatan Rp 1,91 triliun dari pemulihan kredit bermasalah

Menurutnya, potensi kenaikan NPL bisa saja terjadi terutama pada sektor-sektor yang terkait dengan komoditas dan sektor yang terdampak langsung oleh perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China. 

Hal ini menurutnya, terlihat pada sisi harga komoditas yang cenderung mengalami koreksi sepanjang 2019.

"Tentu ini berpotensi mempengaruhi kemampuan korporasi memenuhi kewajibannya," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (5/8). 

Sementara itu, koreksi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dinilai belum mampu menekan suku bunga kredit.

Akan tetapi, bisa saja NPL perbankan melandai di tahun ini, salah satunya lewat peningkatan cadangan kerugian kredit oleh masing-masing bank. 

Baca Juga: Sempat boros, Bank Mandiri dan BTN harus menekan ongkos

"NPL saat ini sebesar 2,5% itu relatif aman, masih jauh di bawah batasan BI 5% maksimal," sambungnya. 

Dus, Abdul memperkirakan, jika NPL bergejolak maksimal akan berada di posisi 2,7%.

Sebagai informasi saja, tingkat NPL perbankan di Indonesia masih lebih rendah dibanding beberapa negara tetangga seperti Thailand dan India dengan catatan NPL 3,08% dan 9,46% per Desember 2018. 

Namun, rasio NPL perbankan di Tanah Air masih lebih tinggi dibandingkan Malaysia, Filipina dan China yang masing-masing tercatat 1,47%, 1,67% dan 1,8% pada akhir Maret 2019 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi