Harga kopi melemah, ekspor RI diyakini tetap kuat



JAKARTA. Harga kopi dunia belum beranjak dari tren penurunan. Penyebabnya, negeri penghasil kopi terbesar dunia Brazil mulai memasuki musim hujan dan meninggalkan musim paceklik. Imbas dari situasi tersebut, pasokan kopi di Brazil meningkat dan menjadikan harga kopi di pasar global tertekan.
 
Data Bloomberg mencatat, sejak dua pekan terakhir harga kopi merosot ke kisaran US$ 1,2 per pon. Adapun kini harganya merambat naik sedikit ke kisaran US$ 1,3 per pon. Posisi harga itu terbilang masih rendah mengingat sebelumnya harga komoditas agrobisnis itu sempat di level US$ 1,5 per pon.
 
Namun, menurut Pranoto Soenarto, Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), penyebab penurunan harga komoditas tersebut bukanlah karena faktor Brazil. Dia mengendus ada permainan di pasar komoditas kopi yang dilakukan oleh para manajer investasi alias fund manager global. Pranoto optimistis tekanan harga kopi itu tidak memengaruhi ekspor kopi Indonesia. "Saya yakin dunia itu kekurangan kopi, jadi harga akan kembali naik," kata dia kepada KONTAN, Senin (9/3).
 
Selama sepekan ini saja, ujar Pranoto, kopi asal Indonesia jenis Arabica bertengger di harga US$ 1,36 per lbs. Sedangkan kopi Robusta bertengger di harga US$ 1,870 per pon. Menurutnya, level harga itu tidak terlalu jauh fluktuasinya atau sudah menjadi harga dasar saat ini.
 
Peningkatan produksi kopi Brazil, dia yakini tidak akan berpengaruh signifikan bagi ekspor kopi Indonesia. Pranoto memprediksi, sepekan ini harga kopi Indonesia akan naik sekitar 5%-6%. "Harga kopi kita tidak akan terpengaruh Brazil karena jenis kopi Indonesia berbeda kualitasnya dan dibutuhkan oleh industri kopi dunia," tandas Pranoto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Ruisa Khoiriyah