JAKARTA. Eksportir kopi robusta Indonesia harus menahan ekspornya kali ini. Pasalnya, Vietnam baru saja panen raya kopi. Harga kopi robusta Indonesia pun menciut 29%. Begitu ditegaskan oleh Rachim Kartabrata, Sekretaris Eksekutif Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (15/10). Rachim bilang, petani kopi berharap bisa menahan hasil panen dan menjualnya kelak ketika harga sudah lebih layak. Ditengarai ada suplai yang besar dari Vietnam dan Brasil. Asal tahu saja, Vietnam merupakan penghasil kopi terbesar dunia setelah Brasil. Nah, begitu panen raya kopi di Vietnam, maka bakal berpengaruh terhadap harga kopi dunia. Bila Vietnam menjual besar-besaran hasil panennya, harga kopi di pasar dunia dipastikan anjlok. Sebaliknya, bila mereka menahan hasil panennya, harga kopi bakal melambung naik. Nah, ini yang akan menjadi patokan eksportir di Indonesia. "Petani dan pedagang merasa lebih baik menjaga persediaan mereka, menunggu untuk harga yang lebih baik. Data yang dirilis oleh Kartabrata, per September lalu ekspor kopi Indonesia sebesar 220 ton. Ia memprediksikan, hingga akhir tahun, tak akan lebih dari 250 ton. Kontrak robusta saat ini diperdagangkan di harga US$1.840 per ton. Angka ini lebih kecil dibandingkan nilai kontrak yang mencapai puncaknya pada bulan Maret lalu, yaitu sebesar US$ 2,747. Mengutip data Departemen Perdagangan (Depdag), volume ekspor kopirobusta Indonesia pada 2007 mencapai 312.086 ton. Sementara untuk arabika sebanyak 135,373 ton. Harga rata-rata ekspor kopi sepanjang 2007 sebesar US$ 3,2 hingga US$ 3,5 per kg. Angka itu lebih tinggi dibanding harga jual pada 2006 yang US$ 2,8 per kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Harga Kopi Robusta Menciut 29%
Oleh: Femi Adi Soempeno
Rabu, 15 Oktober 2008 11:39 WIB