KONTAN.CO.ID - JAKARTA- Harga kopi dunia mencatat rekor tertinggi dalam hampir lima dekade terakhir akibat musim tanam yang sulit di beberapa wilayah produsen utama. Di Brasil, sebagai produsen kopi terbesar dunia yang memasok sekitar 39% kebutuhan global, kekeringan parah diikuti curah hujan tinggi menyebabkan gangguan pada produksi. Harga kopi Arabika mentah melonjak hingga US$ 3,44 per pon pada pekan ini. Harga ini melewati rekor sebelumnya sebesar US$ 3,35/pon yang tercatat pada 1977. Sebagai gambaran 1 pon sama dengan 0,45 kg sehingga dengan harga US$ 3,44 per pon setara US$ 7,58 / kilogram.
Dengan kurs rupiah per dollar AS sebesar Rp 16.000 artinya harga kopi di pasar dunia saat ini mencapai Rp 121.280/ kilogram.
Baca Juga: Siap-siap Rogoh Kocek Lebih Dalam! Pajak Progresif Kendaraan Naik mulai Januari 2025 Kenaikan harga kopi global yang mencapai lebih dari 83% sepanjang tahun 2024 memicu kekhawatiran atas hasil panen tahun depan. Perusahaan perdagangan kopi Volcafe bahkan memangkas proyeksi produksi untuk musim 2025-2026 sebanyak 25% menjadi 34,4 juta kantong kopi Arabika. Tak hanya Brasil, Vietnam, produsen kopi terbesar kedua dunia, juga menghadapi kendala serupa. Kekeringan di awal musim panas melumpuhkan sebagian besar hasil panennya. Meski demikian, investasi besar-besaran dilakukan untuk memulihkan produksi. "Petani di Vietnam memilih menahan stok kopi mereka, berharap harga akan terus naik," ujar laporan dari USDA Foreign Agriculture Service.
Baca Juga: Dua Sentimen Ini yang Poles Harga Emas Sentuh Rekor Tertinggi Senin (21/10) Dampak ke Konsumen
Lonjakan harga kopi mulai dirasakan oleh konsumen. Para produsen besar, seperti Nestlé dan Lavazza, yang sebelumnya menyerap kenaikan biaya bahan baku, kini berada di ambang menaikkan harga. "Perusahaan seperti Nestlé dan Douwe Egberts mungkin akan menaikkan harga di supermarket pada kuartal pertama 2025," kata Vinh Nguyen, CEO Tuan Loc Commodities. Lavazza, produsen kopi asal Italia, menyatakan telah berupaya keras mempertahankan harga agar tetap terjangkau, tetapi lonjakan biaya bahan baku akhirnya memaksa mereka melakukan penyesuaian. "Kualitas tetap menjadi prioritas utama kami. Namun, tingginya biaya memaksa kami untuk menyesuaikan harga," ungkap juru bicara Lavazza.
Selain masalah cuaca ekstrem, popularitas kopi yang terus meningkat, terutama di China, turut memperburuk krisis pasokan. Konsumsi kopi di negara tersebut lebih dari dua kali lipat dalam dekade terakhir akibat perubahan gaya hidup dan tekanan pekerjaan.
Baca Juga: Harga Emas Sentuh Rekor Tertinggi karena Pelemahan Dolar dan Ketegangan Timur Tengah "Permintaan tetap tinggi, sementara stok yang dimiliki produsen dan roaster berada di level terendah," kata Fernanda Okada, analis harga kopi di S&P Global Commodity Insights. Para ahli memperkirakan tren kenaikan harga kopi akan berlangsung selama beberapa tahun ke depan, hingga pasokan kembali stabil. David Oxley, ekonom di Capital Economics, menambahkan, "Harga kopi hanya akan turun jika produksi membaik dan stok terisi kembali, tetapi proses ini bisa memakan waktu bertahun-tahun." Dengan harga kopi Arabika menyentuh puncak tertinggi dalam 50 tahun, para penikmat kopi harus bersiap menghadapi kenaikan harga pada 2025. Tidak hanya itu, ukuran kemasan juga diprediksi akan diperkecil untuk mengimbangi tingginya biaya produksi.
Bagi banyak orang, secangkir kopi mungkin akan menjadi lebih mahal, namun tetap menjadi bagian tak tergantikan dari ritual pagi mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Syamsul Azhar