Harga Kripto Semakin Anjlok di Tengah Rencana Penarikan Stimulus The Fed



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga mata uang Kripto masih terus melanjutkan penurunan. Rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed, untuk menarik stimulus dari pasar telah menyebabkan aset-aset beresiko di dunia terperosok. 

Mata uang digital terbesar di dunia, Bitcoin, telah anjlok lebih dari 12% pada perdagangan Jumat (21/1) ke bawah US$ 36.000, level terendah sejak Juli 2021. Sejak mencapai pucak pada November 2021, Bitcoin telah merosot lebih dari 45%. 

Mata uang digital lainnya juga ikut terseok. Koin eter dan meme terperosok dalam penarikan serupa. 


Penurunan harga Bitcoin sejak level tertinggi telah membuat nilai pasarnya menguap lebih dari US4 600 miliar dan lenih dari US$ 1 triliun telah hilang dari agregat pasar kripto.

Menurut Bespoke Investment Group, adanya persentase penarikan yang jauh lebih besar pada Bitcoin dan pasar agregat ini menandai penurunan terbesar kedua terhadap dolar.

Baca Juga: Harga Bitcoin (BTC) Merosot 15% Dalam Seminggu Terakhir, Waspada Turun Lagi

“Ini memberi gambaran tentang skala kehancuran nilai pasar yang dapat ditutupi oleh penurunan persentase. Kripto rentan terhadap aksi jual semacam ini mengingat volatilitas alaminya yang lebih tinggi, tetapi mengingat seberapa besar kapitalisasi pasar, volatilitas ini layak untuk dipikirkan baik dalam dolar aupun dalam persentase," jelas Bespoke dalam risetnya dikutip Bloomberg, Sabtu (22/1).

Rencana kenaikan The Fed telah menekan matang uang kripto dan saham. Ini memunculkan sebuah kesimpulan dalam ruang aset digital bahwa mata uang kripto telah berputar dengan cara hampir sama persis dengan ekuitas.

Stephane Ouellette, kepala eksekutif dan salah satu pendiri platform kripto institusional FRNT Financial mengatakan, kripto  bereaksi terhadap jenis dinamika yang sama yang membebani aset berisiko secara global.

“Sayangnya untuk beberapa proyek matang seperti BTC, ada begitu banyak korelasi silang dalam kelas aset kripto sehingga hampir pasti akan jatuh, setidaknya untuk sementara dalam kontraksi penilaian alt-coin yang lebih luas.”

Saham Crypto-centric juga turun pada hari Jumat, dengan Coinbase Global Inc kehilangan hampir 16% dan jatuh ke level terendah sejak debut publiknya pada musim semi 2021.

MicroStrategy Inc anjlok 18% di saat regulator bursa AS, Securities and Exchange Commission (SEC) menyebutkan tidak dapat menghapus ayunan liar Bitcoin dari tindakan akuntansi tidak resmi yang ditawarkannya kepada investor.

Sementara itu, pemerintahan Biden sedang bersiap untuk merilis strategi awal di seluruh pemerintah untuk aset digital bulan depan dan menugaskan lembaga federal untuk menilai risiko dan peluang yang akan ditimbulkan.

Antoni Trenchev, salah satu pendiri dan mitra pengelola Nexo, mengutip korelasi Bitcoin dengan Nasdaq 100 yang sarat teknologi, yang saat ini mendekati yang tertinggi dalam satu dekade.

Baca Juga: Bursa Kripto Indonesia Bakal Meluncur pada Kuartal I 2022

“Bitcoin sedang dihantam oleh gelombang sentimen risk-off. Untuk petunjuk selanjutnya, pantau pasar tradisional,” ujarnya. “Ketakutan dan kegelisahan di antara investor sangat terasa.”

Menurut data dari Coinglass, platform informasi dan perdagangan berjangka cryptocurrency, lebih dari 239.000 pedagang menutup posisi mereka selama 24 jam terakhir (21/1) dengan total likuidasi sekitar US$ 874 juta, 

Meskipun likuidasi telah melonjak, jumlahnya relatif tidak terdengar jika dibandingkan dengan penurunan sebelumnya, menurut Noelle Acheson, kepala wawasan pasar di Genesis Global Trading. 

Acheson menunjukkan bahwa kemiringan satu minggu Bitcoin, yang membandingkan biaya opsi bearish dengan opsi bullish, melonjak hingga hampir 15% pada hari Rabu dibandingkan dengan rata-rata sekitar 6% dalam tujuh hari terakhir.

"Ini menandai lonjakan sentimen bearish, sejalan dengan kegelisahan pasar secara keseluruhan mengingat ketidakpastian makro saat ini," ujarnya.

Kara Murphy, kepala investasi di Kestra Investment Management, melihat bahwa kripto punya cara main sendiri tetapi kemerosotan baru-baru ini masih rasional.  “Masuk akal ketika orang mulai mengurangi sedikit, mencari sesuatu yang sedikit lebih solid, mereka akan menjauh dari crypto,” katanya. 

Editor: Herlina Kartika Dewi