KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aset kripto TerraUSD (UST) dan Terra (LUNA) sedang jadi sorotan sepekan ini. Harga kedua aset kripto tersebut tak stabil dan bahkan LUNA turun sampai 99% hanya dalam hitungan hari, padahal ia sempat jadi primadona investor dan capai harga tertinggi sepanjang masa. Berdasarkan situs CoinMarketCap, pada Jumat (13/5) pukul 14.00 WIB, LUNA diperdagangkan pada $ 0,00005687 dengan market cap sebesar US$ 557 juta, anjlok 63%. Sebelumnya, LUNA telah capai harga tertinggi sepanjang masa pada Selasa (5/4) sebesar US$ 119,18 per koin atau setara Rp 1,73 juta, pada saat itu kapitalisasi pasarnya mencapai US$ 40 miliar. Penurunan harga LUNA ini sangat terpengaruh oleh faktor peg atau berkurangnya nilai dari stablecoin asli jaringan Terra, UST. Stablecoin UST turun ke level $ 0,22 pada perdagangan Jumat (13/5) yang merupakan terendah sepanjang masa.
Baca Juga: Aset Kripto Selama Sepekan Lesu, Sentimen Negatif Masih Membayangi Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, menjelaskan mekanisme stablecoin algoritmik memiliki kelemahan sebagai penopang sebagian besar nilai UST. Hal inilah yang menjadikan harga LUNA sangat terpengaruh oleh penurunan UST yang sangat dramatis. Lebih lanjut, Afid menjelaskan CEO Terralabs, Do Kwon pun mengakui bahwa model stablecoin tersebut hadir dengan beberapa pengorbanan. Faktanya, memang koin sangat terdesentralisasi. Namun, dibandingkan dengan koin seperti Tether, ia menghadapi beberapa masalah stabilitas harga, terutama jika sistemnya berada di bawah tekanan. "Jika terlalu banyak orang yang mencoba menebus UST sekaligus,
death spiral hipotetis dapat terjadi dengan token LUNA yang dipasangkan dengannya. Nilai LUNA akan mulai runtuh karena lebih banyak token dicetak untuk memenuhi permintaan pengguna," jelas Afid dalam siaran pers, Jumat (13/5).
Baca Juga: Harga Aset Kripto Longsor, Apa yang Harus Dilakukan Investor? Afid menerangkan kemungkinan besar penurunan ini terkait juga dengan adanya attack dari 'oknum' yang memanfaatkan kelemahan dari mekanisme yang Terra punya. Kelemahan dari Terra LUNA adalah soal
death spiral. LUNA memiliki hubungan mutual dengan UST. Setiap ada UST diterbitkan, ada suplai LUNA yang di-
burn, begitu pula sebaliknya. Seharusnya secara algoritma, ketika harga UST jatuh, ada UST yang di-
burn dan LUNA yang diterbitkan. Nilai Terra LUNA bisa turun, jika TerraUSD dianggap tidak stabil. "Blockchain Terra sempat berhenti untuk menghindari penyerangan
governance pada jaringannya dan untuk membentuk rencana baru.
Governance attack adalah kondisi di mana token yang digunakan untuk hak suara dikendalikan sebagian besar oleh satu pihak saja sehingga bisa merusak atau mengubah jaringan," kata Afid. Untuk saat ini LUNA terlihat semakin tidak ada harapan dengan harga yang turun drastis dan kondisi keuangan perusahaan yang masih jatuh. Jadi jika Terra mau kembalikan lagi ke peg-nya itu UST $ 1, mau tidak mau mesti burn UST yang supply-nya berlimpah, dan efeknya
supply LUNA semakin banyak, otomatis harga LUNA akan terus anjlok sampe UST bisa stabil ke $ 1 lagi.
Baca Juga: Mau Investasi Aset Kripto? Perhatikan Risikonya! Apa bedanya BIDR dengan UST? Drama UST dan LUNA membuat investor khawatir dan ragu atas kondisi pasar stablecoin yang sebelumnya, dianggap aman sebagai instrumen investasi, namun kini terlalu volatil. Tidak semua stablecoin menggunakan mekanisme algoritmik seperti UST. Binance IDR (BIDR) contohnya. BIDR merupakan stablecoin berbasis Rupiah yang dapat diperdagangkan dengan aset kripto lainnya. BIDR menggunakan Binance Chain (BEP-2) yang dipatok ke dalam Rupiah (IDR). BIDR akan tersedia untuk pembelian langsung dan penukaran dengan harga 1 BIDR setara dengan 1 Rupiah. Untuk menjaga kestabilannya, BIDR didukung 1:1 oleh Rupiah di rekening bank terpisah di Indonesia. BIDR akan diaudit setiap bulan oleh perusahaan audit. Laporan audit akan dipublikasikan di Tokocrypto untuk referensi bagi pengguna BIDR.
Baca Juga: Mulai Malam Ini, Indodax Delisting Market Mata Uang Kripto Terra Harga atau nilai BIDR di bursa mungkin sedikit menyimpang dari Rp 1, karena kekuatan penawaran dan permintaan pasar untuk aset tersebut. Namun, penyimpangan harga tersebut akan kecil, karena arbitrase pasar akan bekerja untuk membawa harga BIDR kembali ke 1 Rupiah Indonesia. Peristiwa yang terjadi dengan UST sulit menimpa BIDR. UST membutuhkan mekanisme algoritmik untuk menjaga nilainya agar tetap sama dengan Dolar AS. Setiap token UST yang diterbitkan, ada
supply token LUNA yang di-
burn atau dihancurkan.
"Sistem tersebut memiliki kelemahan dari segi
governance attack, sehingga membuka peluang satu pihak bisa menguasai banyak koin dan punya kewenangan untuk merusak atau mengubah jaringan. Seperti yang terjadi saat ini," ujar Afid. Sementara, BIDR tidak menggunakan skema mekanisme algoritmik. BIDR mempunyai mekanisme setiap koin mewakili satu Rupiah yang disimpan di bank. Ini memungkinkan pencetakan dan
burning BIDR berdasarkan jumlah Rupiah yang disimpan. Tokocrypto sebagai pengelola BIDR bekerja sama dengan perusahaan audit untuk menyesuaikan
suppy token sesuai dengan jumlah uang Rupiah yang disimpan di Bank untuk mencapai skala 1:1. Laporan audit transparan dan bisa diakses di tokocrypto.com/report. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati