Harga Lagi Naik, Kapan Saat Tepat Masuk Aset Kripto?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aset kripto Bitcoin (BTC) sempat menyentuh level US$ 35.000 akibat euforia ETF Bitcon. Meski demikian, pada pukul 17.48 WIB, Rabu (25/10), harga Bitcoin kembali terkoreksi ke US$ 34.224. Bagaimana prospek harganya?

CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan, optimisme disetujuinya ETF Bitcoin sangat mempengaruhi pergerakan Bitcoin dan harga aset kripto lainnya. Lihat saja saat ETF Bitcoin Spot telah terdaftar di Lembaga Depositori dan Kliring AS (Depository Trust & Clearing Corporation, DTCC) yang mendorong harga sejumlah aset kripto naik.

Menurutnya, dengan disetujuinya ETF Bitcoin dipercaya dapat melahirkan arus modal baru sebesar ratusan miliar rupiah ke crypto market. "Hal ini meningkatkan permintaan dari para investor ataupun trader yang mendorong kenaikan harga Bitcoin dan aset kripto lainnya," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (25/10). 


Oscar memprediksi, kenaikan harga ini kemungkinan akan terus terjadi di setiap pergerakan menuju disetujuinya ETF Bitcoin. Terlebih tahun depan diprediksi akan terjadi halving day bitcoin yang juga sangat berpengaruh dengan penawaran dan permintaan BTC.

Baca Juga: ETF Bitcoin Berpotensi Disetujui, Harga Bitcoin Melesat

Selain itu, Oscar mengatakan, banyak katalis-katalis yang mempengaruhi volatilitas harga BTC dan ETH. Misalnya, sentimen ekonomi makro di Amerika Serikat (AS) seperti penurunan imbal hasil treasury AS yang berjangka 10 tahun dari level tertingginya dalam 16 tahun terakhir.

CEO Triv Gabriel Rey menambahkan, penguatan sejumlah aset kripto mendorong pertumbuhan ritel yang kembali masuk pasar kripto. "Di platform Triv, sejak BTC kemarin mengalami penguatan, retail di Indonesia juga mulai pada masuk lagi di berbagai kripto," katanya.

Ia pun melihat peluang kenaikan harga aset kripto masih positif. Sebabnya, sisa waktu deadline bagi SEC hanya tersisa sekitar 79 hari untuk memberikan jawaban atas ETF Bitcoin.

Meski demikian, investor juga perlu memperhatikan sejumlah sentimen yang dapat menekan kembali aset kripto. Antara lain, keputusan the Fed yang menahan laju kenaikan suku bunga di kisaran 5,25% hingga 5,5% bisa membuat harga BTC sempat terhambat sebelum kemudian harga naik kembali. 

Lalu, pecahnya konflik geopolitik Timur Tengah yang juga sempat membuat harga BTC dan ETH serta aset lainnya menurun. Tercatat pada 12 Oktober 2023 lalu, harga BTC turun 3,06% dan ETH turun hingga 4,83% akibat panasnya konflik geopolitik tersebut.

Dari berbagai katalis tersebut, Gabriel memandang harga aset kripto di akhir tahun tetap positif. Menurutnya, jikalau ada minor retracement di BTC, maka resistance kuatnya di angka US$ 32.000 dan jika menembus US$ 35.000 ke atas maka BTC akan tembus ke US$ 42.000.

"Mengingat bitcoin dominance telah menembus 53% atau titik tertingginya dalam 3 tahun terakhir, saya sangat sarankan investor untuk tidak pegang altcoin dalam cycle ini, karena belum ada tanda-tanda perputaran kapital masuk ke dalam altcoin. Terlebih hype yang terjadi adalah ETB Bitcoin dan bukan ETF Altcoin," terangnya.

Sementara Oscar menyebut saat ini merupakan saat yang tepat untuk memulai melakukan investasi secara disiplin dan rutin. Salah satu cara yang bisa dilakukan dengan teknik cicil dollar cost averaging (DCA), sehingga akan membantu investor untuk membeli aset kripto potensial secara berkala.

Baca Juga: Ada Euforia ETF Bitcoin, Bagaimana Prospek Harga Bitcoin ke Depan?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat