Harga lebih murah, platinum menarik dilirik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyaknya sentimen global yang membuat harga komoditas tertekan, prospek harga komoditas logam mulia diyakini masih berpotensi menguat tahun ini.

Sebagaimana diketahui, harga minyak tertekan cukup dalam karena ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menaikkan bea impor terhadap barang China sebanyak 25%.

Dari semua jenis logam mulia, Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan bahwa platinum berpeluang menguat tahun ini. Menurutnya, ketika paladium mengalami koreksi, maka pada saat ini platinum bisa bergerak naik.


"Secara individual, paladium sedang dalam tren mantab, lebih baik terhadap dollar AS, bahkan terhadap platinum dan emas," jelas Wahyu kepada Kontan.co.id, Selasa (6/5).

Namun, Wahyu menilai dengan tertekannya harga platinum maka komoditas logam mulia satu ini terbilang sudah cukup murah dan berada pada level rendahnya sepanjang sejarah. Sehingga, potensi bagi platinum untuk menyesuaikan harga membuat komoditas tersebut lebih kokoh untuk rebound.

"Platinum berat untuk bisa jatuh lebih jauh lagi, bahkan bisa rebound. Secara fundamental, meskipun sebelumnya harga kerap dipengaruhi issu over supply dan lower demand, tapi potensi semakin mengecilnya selisih supply terhadap demand bisa menolak risiko anjloknya platinum," ungkapnya.

Potensi membaiknya prospek platinum datang dari beberapa sentimen, seperti standar emisi yang ketat di Eropa mengharuskan produsen mobil untuk menggunakan paladium ke dalam standar emisinya, begitu juga dengan China.

Selain itu, supply paladium yang lebih sulit didapatkan bakal membuat produsen mobil beralih menggunakan platinum sebagai bahan baku pembuatan mobil.

Sehingga, di antara komoditas logam mulia yang ada Wahyu menilai platinum paling menarik dilirik dan cukup berpotensi, karena mampu mengejar harga paladium yang lebih mahal.

Dengan proyeksi support US$ 800 per ons troi dan resistance US$ 1.000 per ons troi. Sedangkan untuk jangka menengah berada pada rentang US$ 850 - US$ 900 per ons troi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto