Harga Logam Industri Berpotensi Makin Turun Hingga Tutup Tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas logam industri melemah dalam sepekan terakhir. Tapi, harga komoditas industri ini berpotensi masih bergerak di kisaran level tinggi sebelum adanya perdamaian konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. 

Mengutip Bloomberg, Senin (13/6), harga timah kontrak tiga bulan di LME berada di US$ 32.895 per metrik ton yang merupakan harga terendah tahun ini. Harga timah turun 8,80% dalam sepekan terakhir.

Harga nikel kontrak tiga bulan di LME hari ini berada di US$ 25.929 per metrik ton. Harga nikel anjlok 12,05% dalam sepekan terakhir. 


Sedangkan harga tembaga kontrak tiga bulan di LME siang ini berada di US$ 9.294 per metrik ton. Harga tembaga melemah 4,17% dalam sepekan.

Harga aluminium pun melemah 5,42% dalam sepekan terakhir. Kemarin, harga aluminium kontrak tiga bulan di LME ditutup pada US$ 2.628 per metrik ton.

Baca Juga: Investasikan Rp1 Triliun, Industri Baja Dongkrak Kapasitas Produksi 500 Ribu Ton

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai, pergerakan harga logam industri saat ini sangat berfluktuasi tetapi masih cukup tinggi. 

"Karena logam industri berpusat di Ukraina dan Rusia jadi ada saat Rusia dan Ukraina mengalami suatu permasalahan ini menimbulkan hambatan supply sehingga mengalami penurunan pada industri secara global," ucap Ibrahim kepada Kontan.co.id, Selasa (14/6). 

Ibrahim mengatakan negara-negara industri baik di Eropa, Amerika dan Asia sudah mulai beroperasi kembali pasca covid19. Alhasil permintaan logam industri pun berpotensi meningkat dan bisa mengerek harga logam saat pasokan masih seret. 

Baca Juga: Berlawanan Arah dengan Tren Global, Inflasi Produsen China pada Mei Melambat

Dia memproyeksikan harga tembaga di akhir tahun bisa berada di level US$ 6.000 per metrik ton. Prediksi ini jauh lebih rendah ketimbang harga sekarang. 

Ibrahim memperkirakan harga timah berpotensi menuju US$ 29.000 per metrik ton di akhir tahun. Sedangkan harga aluminium bisa ditutup pada kisaran US$ 2.000 per metrik ton di akhir tahun. Artinya, harga dua logam industri ini pun berpotensi turun.

Baca Juga: Melonjaknya Harga Bahan Baku Menekan Industri Kabel

"Jadi kenaikan harga logam industri saat ini bersifat semu. Kenaikan ini di dongkrak oleh perang di Ukraina sehingga ketika perangnya selesai di tahun depan kemungkinan besar harga logam industri akan turun dan akan turun di level sebelumnya," ucap Ibrahim. 

Ibrahim menyampaikan kemungkinan besar Rusia hanya akan mengakuisisi Ukraina Timur dan Selatan karena itu merupakan lumbung penghasil komoditas baik agrikultur, industri maupun logam. 

"Seandainya jika wilayah Ukraina Timur dan Selatan di kuasai oleh Rusia, Ukraina akan kehilangan mata pencarian. Selain itu wilayah itu merupakan zona demarkasi untuk terhubung dengan negara-negara lainnya," kata Ibrahim. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati