Harga Logam Industri Dinilai Sulit Menanjak



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga logam industri masih tertekan. Harga logam industri diprediksi masih akan sulit menanjak.

Rabu (24/7) pukul 18.41 WIB, harga timah kontrak tiga bulan ke depan di London Metal Exchange turun 1,57% ke US$ 29.418 per ton. Harga tembaga turun 0,55% ke US$ 9.166 per ton.

Harga aluminium kontrak tiga bulan di LME turun 0,19% ke US$ 2.295 per metrik ton. Harga nikel kontrak tiga bulan di LME turun 1,04% ke US$ 16.021 per ton.


Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan bahwa pelemahan harga komoditas beriringan dengan belum membaiknya perekonomian di China. "Pertumbuhan ekonomi China meleset dari perkiraan pada minggu lalu sehingga masih akan berat bagi harga komoditas, mengingat China adalah konsumen terbesar," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (24/7).

Baca Juga: Harga Aluminium Turun ke Level Terendah Hampir 4 Bulan

Pekan lalu, Biro Statistik Nasional China menyampaikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2024 sebesar 4,7% secara tahunan atau year on year (YoY), tetapi meleset dari ekspektasi pertumbuhan 5,1%. Adapun pada kuartal I 2024, pertumbuhan ekonomi Negara Tirai Bambu itu sebesar 5,3% YoY.

Lukman melihat, saat ini hampir tidak ada sentimen pendukung untuk harga logam industri. Memang, adanya ekspektasi pemangkasan suku bunga dapat memberikan napas, tetapi dinilai tidak akan signifikan lantaran perkembangan politik di Amerika Serikat (AS) saat ini.

"Investor mengkhawatirkan kebijakan pemerintah AS ke depan berpotensi kembali memicu inflasi," sebutnya.

Baca Juga: Harga Tembaga Turun ke Level Terendah 3 Bulan, Dipicu Ketiadaan Stimulus dari China

Tekanan lainnya dari potensi meningkatnya tensi perang dagang, sehingga dikhawatirkan akan lebih membebani permintaan. Sedangkan dari pasokan, logam-logam industri pada umumnya masih cenderung melimpah.

"Kejatuhan pada saham-saham semikonduktor belakangan ini juga ikut memberikan tekanan yang besar pada harga-harga komoditas," sambungnya.

Menurut Lukman, satu-satunya hal positif belakangan ini adalah pemangkasan suku bunga oleh PBOC. Hanya saja, tidak sedikit investor yang beranggapan bahwa langkah itu mencerminkan ekonomi China yang masih akan melemah dalam beberapa waktu ke depan.

Dus, harga komoditas dinilai tidak akan bisa naik secara signifikan. Pada akhir tahun, dia memproyeksikan harga timah akan berada di rentang US$ 26.000-US$ 28.000 per ton, aluminium pada rentang US$ 2.100-US$ 2.200 per ton, dan nikel di US$ 16.000 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati