Harga Logam Industri Masih Berpotensi Melaju, Ini Pendorongnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek harga logam industri diperkirakan positif di akhir tahun 2024. Permintaan yang tinggi hingga sanksi menjadi pendorongnya.

Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (15/3), harga tembaga dan timah yang mencetak nilai tertinggi tahun ini, masing-masing di US$ 9.072 per ton dan US$ 28.674 per ton. Sebulan terakhir, masing-masing telah naik 9,11% dan 5,05%.

Harga aluminium berada dalam tren kenaikan. Sebulan terakhir harganya naik 2,24% ke US$ 2.274,5 per ton. Sementara untuk nikel, harganya sempat ke US$ 18.000 sebelum kembali ke US$ 17.866 per ton.


Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, prospek logam industri masih cukup bagus. "Ini mengingat harganya yang cukup murah saat ini dan permintaan untuk semi konduktor dan produk energi terbarukan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (17/3).

Baca Juga: Harga Logam Industri Naik Didorong Ekspektasi Penurunan Suku Bunga

Lukman menjabarkan, harga tembaga didorong oleh pemangkasan produksi sejumlah produsen. Lalu untuk aluminium karena adanya kekhawatiran gangguan suplai akibat sanksi Eropa terhadap Rusia. Sementara timah karena gangguan pasokan dan produksi dari Indonesia.

"Untuk nikel, walau tertekan setahun terakhir, namun harganya sudah mendekati support dengan downside yang terbatas," katanya. Sehingga, harga nikel pun diperkirakan akan menguat kembali dan berkonsolidasi di kisaran US$ 18.000-US$ 20.00 per ton pada akhir tahun.

Untuk logam-logam industri lainnya juga dinilai masih berpotensi melaju hingga akhir tahun 2024. Apalagi sentimen-sentimen tersebut masih akan berlanjut.

Tembaga diperkirakan masih berpotensi naik oleh prospek tekanan suplai dalam jangka panjang di US$ 9.800-US$ 10.000. Lalu prospek harga aluminium di US$ 2.500-US$ 2.600 karena sanksi ke Rusia belum akan berakhir dalam jangka pendek. Sementara timah diperkirakan bergerak di kisaran US$ 30.000 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati