Harga Logam Industri Tertekan Akibat Oversupply, Simak Proyeksi ke Depannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga logam masih bergerak fluktuatif namun cenderung dalam tren lemah karena permintaan yang menurun. 

Mengutip Trading Economics, pada Kamis (12/9) pukul 18.00 WIB, harga aluminium diperdagangkan pada level US$ 2.416 menguat 1,92% dalam sehari dan menguat 3,16% dalam seminggu. 

Sementara harga nikel bertengger di level US$ 16.135, menguat 0,16% dalam sehari dan menguat 1,55% dalam seminggu. 


Baca Juga: Begini Prospek Harga Logam Industri Saat Ekonomi China Masih Lesu

Pengamat komoditas dan pasar uang, Lukman Leong mencermati faktor yang membuat harga logam industri tertekan adalah data ekonomi China yang mengecewakan.

"Selain itu, oversupply seperti nikel, dan ada persaingan sesama logam industri seperti palladium dan platinum," kata Lukman kepada KONTAN, Kamis (12/9). 

Lebih lanjut, Lukman menjelaskan, pergerakan harga nikel akan sulit menanjak karena banyaknya mobil elektrik yang menggunakan lithium ferrophospate. Padahal Palladium dan Nikel saat ini saling bersaing sebagai komponen dalam pembuatan catalytic converter mobil.

Adapun secara umum permintaan terhadap logam industri saat ini sedang menurun. Ini menyebabkan terjadinya penumpukan stok logam di gudang di Singapura. 

Baca Juga: Harga Tembaga Turun ke US$9.090,50 Selasa (10/9), Akibat Data Lemah dari China

Ke depannya, menurut Lukman harga logam industri berpotensi terkerek naik apabila data perekonomian China menjadi lebih baik. 

Apalagi saat ini ada harapan stimulus ekonomi dari pemerintah China untuk industri energi terbarukan, sehingga kendaraan listrik yang masih akan terus meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli